SEMARANG – Calon Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dan Sudirman Said berbeda jawaban terkait persoalan upah buruh.
Hal itu terlihat saat dilakukan Rapat Koordinasi dan Konsultasi Provinsi Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Tengah.
Acara itu digelar Apindo Jateng di Patra Hotel & Convention, Jalan Sisingamangaraja, Candisari, Kota Semarang, Selasa (10/4/2018) siang.
Layaknya program debat kandidat, Ganjar dan Sudirman dihadapkan dengan lima panelis dari Apindo Jateng.
Pembahasan yang paling lama terkait kebijakan pengupahan pekerja nantinya.
Calon Gubernur nomor urut 1, Ganjar Pranowo berujar ukuran-ukuran upah yang biasanya menjadi persoalan semestinya mulai dikaitkan dengan kinerja.
“Kalau kinerja buruk itu bisa seberapa (upahnya), itu kita atur. Dan kemudian kita mesti melatih kawan-kawan buruh ini agar kinerjanya juga bisa lebih baik, termasuk memfasilitasi mereka,” kata Ganjar.
Buruh, lanjut Ganjar, biasanya meminta dua hal. Akomodasi dan transportasi. Karena kekhawatiran soal kesehatan, pendidikan dan sebagainya sudah dijamin negara.
Lebih lanjut, Ganjar menyentil pertanyaan panelis terkait isu revolusi industri 4.0 yang belum lama ini ramai dibincangkan kalangan pengusaha.
Kala pertanyaan itu dilontarkan panelis, Ganjar balik bertanya ke anggota Apindo,” Siapa yang mau mengganti semua (tenaga manusia) dengan otomasi?” kebanyakan tamu undangan pun menggelengkan kepala.
Ternyata tidak ada (otomasi). Meskipun Djarum sudah melakukan otomasi dengan Djarum Oase, contohnya. Tetapi yang buruh linting tetap dipegang.
Menurut Ganjar, sikap tersebut berarti perusahaan masih menerapkan sila kedua, Pancasila, kemanusiaan yang adil dan beradab.
Pasangan Taj Yasin Maimoen itu berharap relasi antar buruh dan pengusaha terjaga, investasi tumbuh.
“Ojo mlumpat dhuwur-dhuwur, ndak tiba. Mending semua bisa merasakan, gremet ke atas(jangan melompat terlalu tinggi, nanti jatuh),” ujar Ganjar.
Sementara itu, Cagub nomor urut 2, Sudirman Said mengatakan akan mengedepankan dialog dalam membahas pengupahan antara buruh, pengusaha dan pemerintah.
“Saya percaya dialog menjadi alat paling ampuh menyelesaikan konflik antar buruh dan pengusaha,” ujar dia.
Dia menegaskan konflik tersebut jangan sampai masuk ranah politik.
“Intinya dialog penting. Kita harus jaga suasana itu. Dengan dialog banyak hal bisa kita selesaikan, banyak kesempatan bisa kita kerjakan bersama,” pungkas Sudirman. # Tribunnews