JOGJA – Kondisi puncak Merapi pascaerupsi freatik, Jumat (11/5/2018), hingga Sabtu (12/5/2018) siang pukul 11.45 WIB masih normal.
Kondisi ini terpantau dari CCTV Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta.
Kepala BPPTKG Yogyakarta, Hanik Humaidah, menjelaskan kondisi puncak Merapi normal seperti biasanya.
Suhu puncak Merapi di area 3, yakni area yang kemarin terjadi letusan siang ini tercatat pada 41 celcius.
Sementara saat erupsi freatik kemarin tercatat mencapai 128,7 Celcius.
Area puncak Merapi sendiri dibagi menjadi empat.
Masing masing area menjadi parameter aktivitas yang bisa memberikan informasi bagaimana kondisi Gunung Merapi.
Hanik menuturkan tanda tanda erupsi freatik yang terekam dalam pantauan BPPTKG.
Sekitar pukul 05.30 WIB sebelum terjadi erupsi, suhu puncak area 3 menunjukkan kenaikan. BPPTKG pun terus melakukan pemantauan hingga mengambil langkah berkoordinasi dengan pihak TNGM dan Barameru.
Pukul 07.20 WIB terpantau suhu semakin naik hingga akhirnya pada pukul 07.40 WIB terjadi erupsi freatik.
“Perubahan suhu yang menandai erupsi freatik kemarin terjadi sangat singkat, short periode. Kami sudah melakukan koordinasi sebelumnya dengan tim TNGM tentang kondisi puncak yang suhunya naik terus, namun karena berlangsung cepat, berbeda dengan indikasi erupsi magmatik yang bisa terlihat jelas aktivitas ya melalui pantainya data seismitas,” terang Hanik.
Lanjut Hanik, bila menilik sejarah erupsi, Gunung Merapi memiliki karakter erupsi besar atau erupsi magmatik yang kemudian diikuti oleh erupsi freatik.
Erupsi serupa pernah terjadi di tahun 1933, setelah sebelumnya terjadi erupsi besar ditahun 1930.
“Untuk erupsi kemarin tergolong kecil, karena tidak ada perubahan morfologi di puncak Merapi pascaerupsi freatik. Berbeda dengan erupsi besar tahun 2010 yang membuat perubahan morfologi di area puncak,” terang Hanik.