![](https://i0.wp.com/joglosemarnews.com/images/2018/07/160718batik-pilangsari.jpeg?resize=500%2C333&ssl=1)
SOLO– Sebanyak 14 mahasiswa asing dari 11 negara diajak “mbatik” langsung ke Desa Pilang Sragen lewat Program InHerit Course 2018, Kamis-Jumat (12-13/7/2018). Akhirnya, karya “mbatik” mereka dipajang dalam pameran batik di Pusdiklat UNS dalam rangka penutupan rangkaian kegiatan kursus singkat (short course) InHerit – Indonesian Heritage 2018.
Selama dua hari tersebut dalam rogram InHerit Course 2018, peserta dipandu Dosen Kriya Tekstil Fakultas Seni Rupa dan Desain UNS, Tiwi Bina Affanti, para mahasiswa asing tersebut diajak menginap di desa Pilang di kabupaten Sragen, sebuah desa yang menawarkan wisata edukasi pembuatan batik untuk mempelajari teknik pembuatan dan pewarnaan batik yang berbeda.
“Pada hari pertama, peserta membuat batik dengan teknik tulis dilanjutkan mewarnai dengan teknik corek, dan pada hari kedua mereka berkeliling desa untuk melihat proses pembuatan batik dengan teknik yang berbeda seperti teknik cabut warna dan malam dingin,” paparmya.
![](https://i0.wp.com/joglosemarnews.com/images/2018/07/160718batik-pilangsari-1.jpeg?resize=500%2C333&ssl=1)
Tiwi berharap kegiatan tersebut dapat memberikan kesan positif pada para peserta.
“Kami mengenalkan pengetahuan dasar tentang batik, lalu mengajak mereka menginap di desa Pilang itu untuk melihat batik dengan proses berbeda. Mereka berbaur, membatik, dan bergurau bersama masyarakat. Dan batik-batik ini adalah buatan mereka. Harapannya semoga ini menjadi kenangan dan karya berharga yang mereka bawa ketika pulang ke negara asal mereka,” urainya.
Pada akhir acara, peserta mempersembahkan dua batik yang mereka buat pada pameran mini sebagai penutupan InHerit Course 2018. Mereka berbagi cerita tentang pembuatan dan makna filosofis dari motif dan warna batik mereka. Rokhaya dari Thailand, misalnya. Dia membuat motif bunga berwarna warni dengan warna latar batik hitam. Menurutnya, karyanya menggambarkan keadaan di desa.
“Orang anggap desa itu jelek, seperti warna hitam. Tapi sebetulnya disana bagus, indah, segar. Ada bunga warna warni ini seperti ibu-ibu disana, tidak ada yang muka cemberut, semuanya senyum”, tuturnya.
Akan tetapi ada juga yang tidak mencantumkan filosofi khusus pada karyanya seperti Bobby, mahasiswa asal California, Amerika Serikat, yang baru pertama kali ke Indonesia ini. Dia menggambar motif burung hantu dan pohon cemara yang merupakan logo universitasnya di Amerika.
Selain pengetahuan dan pengalaman membatik dengan banyak kreasi, peserta juga mendapatkan banyak pengalaman berharga, seperti yang disampaikan oleh Khaled dari Suriah.
“Program ini sangat bagus. Saya bertemu banyak teman dari negara berbeda. Kami banyak ngobrol, dan banyak berbagi pengetahuan. Dan di desa, orang sangat baik”, pungkasnya.
Program InHerit Course 2018 adalah program kursus singkat yang bertujuan mengenalkan dua warisan budaya Indonesia, jamu dan batik, yang diselengarakan atas kerjasama Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta dan Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya. Triawati Prihatsari P