![](https://i0.wp.com/joglosemarnews.com/images/2018/07/IMG-20180721-WA0014.jpg?resize=500%2C281&ssl=1)
SUKOHARJO-Sejak 2015 angka kematian tertinggi disebabkan penyakit tidak menular (PTM) atau noncommunicable diseases. Secara umum PTM dapat disebabkan oleh aspek genetik, psikologi, lingkungan dan kebiasaan.
Penyakit genetik yang terbanyak di Indonesia salah satunya adalah thalassemia atau talasemia. Talasemia adalah suatu kelainan genetik darah dimana terjadi ketidakseimbangan produksi globin yang akan mengakibatkan anemia dengan berbagai derajat keparahan.
Hal tersebut terungkap saat RS Indriati Solobaru mengadakan acara dengan tajuk Kita dan Thalasemia di auditorium RS setempat, Sabtu (21/7/2018). Acara digelar menyongsong Hari Anak Nasional yang jatuh pada tanggal 23 Juli 2018.
Humas RS Indriati, Puti Sani mengungkapkan, menurut data dari Perhimpunan Orangtua Penderita Thalassemia Indonesia (POPTI) Pusat pada 2017 didapatkan 8.031 penderita thalassemia di Indonesia. Sedangkan data POPTI Surakarta terdapat 169 penderita thalassemia di Surakarta.
“Terapi suportif dengan pemberian transfusi darah yang teratur dapat mengurangi komplikasi anemia dan eritropoesis yang tidak efektif, membantu pertumbuhan dan perkembangan selama masa anak-anak dan memperpanjang harapan hidup pada penderita thalassemia,” terang dia.
Acara tersebut mengundang anak penderita thalasemia dari wilayah Solo, Wonogiri, Boyolali, Sragen, dan sekitarnya. Acara juga dimeriahkan oleh Michelle Kunhle, yang mengajak anak anak untuk bernyanyi bersama.
“Tujuan acara ini adalah agar anak penderita thalasemia juga merasakan tema GENiUs (tema Hari anak Nasional 2018) yaitu Gesit, Simpati, Berani, Unggul dan Sehat.
Sekaligus menginfokan bahwa RS Indriati sudah membuka pelayanan thalasemia,” beber dia. Aris Arianto