SRAGEN- Musim kemarau mulai berdampak kekeringan di wilayah Sragen. Sejauh ini tercatat tiga desa di tiga kecamatan yang dilaporkan mengalami kekeringan di Kabupaten Sragen.
Hal itu disampaikan Kepala Pelaksana Harian (Kalak) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sragen Sugeng Priyono, Senin (2/7/2018).
Ia mengungkapkan kekeringan sudah mulai melanda sejumlah wilayah di kabupaten Sragen utamanya kecamatan yang berada di utara Sungai Bengawan Solo. Beberapa kawasan sudah kesulitan mendapat air bersih, karena sumber air mulai mengering.
Sugeng Priyono menjelaskan sesuai data evaluasi penanganan kekeringan pada 2017 lalu, ada 28 desa dan tujuh Kecamatan yang rawan kekeringan. Tujuh kecamatan itu yakni Sumberlawang, Miri, Jenar, Gesi, Sukodono, Mondokan, dan Tangen.
Sedangkan tiga desa sudah mendesak dilakukan droping air bersih, meliputi Gebang kecamatan Sukodono, Ngargotirto Sumberlawang, dan Banyurip Kecamatan Jenar.
Menurutnya pemenuhan kebutuhan air bersih di sejumlah titik sulit terpenuhi akibat musim kemarau tahun ini. Pihaknya sudah melakukan langkah antisipasi terkait kekeringan yang hampir selalu terjadi di musim kemarau. BPBD Sragen mengalokasikan anggaran Rp 44.500.000 setara 150 tangki air bersih.
”Untuk wilayah Kabupaten Sragen setidaknya 7 Kecamatan yang rawan kekeringan. Tapi saat ini kekeringan belum begitu parah, artinya air bersih masih dapat dicari masyarakat. Kami akan lakukan droping air bersih nanti akhir Juli,” ujar Sugeng.
Sementara itu, Direktur Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirto Negoro Sragen Supardi menyebutkan, sudah ada permintaan bantuan air bersih meski jumlahnya belum banyak. Menurutnya bantuan air bersih sudah disalurkan sejak sepekan lalu di wilayah langganan kekeringan.
Pihaknya intens berkordinasi dan komunikasikan dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sragen. PDAM sendiri siap mengoperasikan 4 tangki mobil untuk menjangkau daerah kekeringan. Pihaknya siap mensuport kebutuhan air bersih di daerah kekeringan. Soal biaya, Supardi menekankan tergantung jarak dan bahan bakar.
Dia menyampaikan bantuan air sebenarnya tidak dipungut biaya alias gratis. Hanya saja biaya pengganti untuk supir dan kendaraan antara Rp 250-300 per tangki mobil.
”Air dari kita tidak bayar, Cuma operasionalnya,” terangnya. Wardoyo