GUNUNGKIDUL– Dampak musim kemarau tahun 2018 ini mulai terasa si Kabupaten Gunungkidul. Di wilayah ini, ada 11 kecamatan yang penduduknya mulai kekurangan air.
Meskipun belum ada tambahan desa maupun kecamatan yang terdampak kekeringan di sana, tetapi tercatat ada peningkatan intensitas dropping air.
Saat ini jumlah yang desa yang terdampak kekeringan ada 11 kecamatan 54 desa dengan total 116.216 jiwa yang terdampak kekeringan.
“Memang ada tambahan intensitas pengiriman air,” kata Kepala pelaksana Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul, Edy Basuki saat dihubungi Tribunjogja.com, Kamis (2/8/2018).
Ia mengatakan daerah yang tidak terlalu terdampak seperti Kecamatan Saptosari dan desa Melikan Kecamatan Rongkop sudah mulai menambah jumlah dropping air.
“Kedua kecamatan dan satu desa tersebut awalnya tidak terlalu terdampak karena adanya saluran perpipaan dari PDAM tetapi saat ini sudah meminta tambahan dropping air,” tuturnya.
Ia mengatakan bantuan dari swasta sangat membantu masyarakat yang terdampak kekeringan sebelumnya ada beberapa perusahaan swasta yang membantu dropping air.
“Koordinasi antara BPBD dan swasta sangat dibutuhkan agar tidak terjadi droping air dobel-dobel, dan dapat meratakan distribusi air. Sehingga mempercepat proses dropping kembali ke lokasi,” tuturnya.
Ia mengatakan tiap harinya BPBD melakukan dropping air berjumlah 24 tangki.
Disinggung tentang usulan menteri pembanguanan desa, daerah tertinggal dan transmigrasi mengenai dana desa untuk membangun embung menurutnya dana desa masih tidak cukup untuk membuat satu embung.
“Kalau masalah embung biaya cukup besar jika mengandalkan dana desa tidak cukup karena dana desa hanya kurang dari Rp 1 milliar, mungkin hanya bisa membuat bendungan kecil, padahal prioritas desa banyak,” katanya.
Sebelumnya Menteri Pembangunan Desa, Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Eko Putro Sandjojo menyarankan pemerintah desa membangun embung dengan dana desa yang diterimanya.
“Bisa dana desa untuk membangun embung dengan cara membaginya sebesar Rp 300 juta,” katanya.
Terpisah, Kepala Desa Melikan, Kartina mengatakan kekeringan di Melikan sudah mulai terasa masyarakat mulai membeli air dari tanki swasta.
Ia mengatakan masyarakat harus membeli dari daerah lain dengan beberapa rentan harga.
“Untuk membeli dari sektor utara Rp 110 ribu, sektor tengah Rp 120 ribu, sedangkan sektor selatan Rp 140 ribu. Saat ini yang terdampak di 12 padukuhan karena dari jumlah total 13 padukuhan hanya 1 padukuhan yang baru teraliri PDAM,” tutupnya. #Tribunnews