Beranda Daerah Karanganyar Megaproyek Anak Tangga ke Puncak Lawu Jadi Pro Kontra dan Sorotan Luas....

Megaproyek Anak Tangga ke Puncak Lawu Jadi Pro Kontra dan Sorotan Luas. Picu Penolakan, Netizen Sindir Dibuat Eskalator Sekalian

Gunung Lawu. Foto/Istimewa
Gunung Lawu. Foto/Istimewa

KARANGANYAR- Megaproyek mercusuar pembangunan anak tangga menuju puncak Gunung Lawu yang dimulai oleh Bupati Karanganyar, Juliyatmono akhir pekan lalu, memicu pro kontra di kalangan masyarakat dan jagat dunia media sosial.

Meski sebagian mendukung karena memudahkan untuk wisatawan yang ingin menuju puncak, pembangunan anak tangga dari bawah menuju puncak Gunung Lawu itu ternyata menuai penolakan dan protes dari masyarakat luas.

Megaproyek yang menjadi salah satu janji kampanye Bupati Karanganyar, Juliyatmono itu sudah digeber dengan peletakan batu pertama oleh Yuli, Jumat (17/8/2018) siang.

Bersamaan dengan itu, reaksi masyarakat ternyata pro dan kontra. Namun, sebagian besar justru mengecam kebijakan bupati yang dituding akan merusak keaslian alam dan jalur pendakian yang selama ini menjadi klangenan para pecinta alam.

Protes dan penolakan itu mencuat dari komentar warga dan netizen terkait munculnya berita tersebut. Salah satunya di laman berita yang dilansir JOGLOSEMARNEWS.COM Sabtu (18/8/2018), berita soal proyek anak tangga Lawu sudah dibaca lebih dari 8000 kali dan dibagikan 2,600 kali.

Tidak hanya itu, beragam komentar bernada protes maupun mendukung juga menambah hangat polemik tersebut.

Salah satunya, akun Nurjanto di laman berita yang menulis komentar menolak keras pembangunan anak tangga Lawu.

Ia menulis “Saya salah satu dari jutaan orang orang yang pernah ke puncak lawu, maaf saya tidak setuju dengan adanya anak tangga sampai ke puncak gunung lawu, bisa hampir dipastikan tidak ada lagi seni dan tantangan mendaki gunung lawu.

#Savelawu”.

Di belakangnya ada akun Sanuli Agus yang juga mengutarakan pendapat senada. Ia menulis “maaf ngak setuju juga,,,,anak tangga ,,pake lampu,,terus nanti ada pasar swalayan,,,, lama lama ..”

Penolakan keras juga disampaikan beberapa akun. Mayoritas mengkhawatirkan proyek mercusuar bupati itu bakal merusak keaslian alam Gunung Lawu dan bahkan tak menutup kemungkinan menimbulkan kerusakan lainnya.

Seperti akun Taufik Muhammad T dalam komentarnya menulis “Yang nyebut keren berarti ga ngerti konsrrvasi dan ga pernah naik gunung,cuma pengen selfie doang,pasti bapa2 gendut yg berduit pengen nyoba menajajal alam dan ga mau repot”.

Kemudian akun Budhi Luhur yang meminta Pemkab lebih baik menata Laeu agar terjaga alamnya.

Baca Juga :  Kesbangpol dan IPARI Karanganyar Gelar Pembinaan Kerukunan Umat Beragama

Kami setiap tahun naik ke puncak gunung Lawu dan kurang setuju apabila dibangun tangga dan lampu sampai puncak.

Lebih baik pemerintah berpartisipasi lebih baik dalam hal agar gunung Lawu tetap terjaga dan terawat alam nya. Sehingga alamnya ,hutanya,sumber airnya tetap terjaga dgn baik untuk dinikmati”.

Ada pula akun Canary kraft yang juga tak kalah menohok memprotes proyek itu. Ia menulis “Pikir rawat hutanya dulu dan jg jgn sampai terbakar, bangun kereta gantung pasti byk setuju, krn tdk merusak jalur pendakian yg alami….”.

Protes juga dilontarkan netizen di media sosial. Di halaman FB JOGLOSEMARNEWS.COM , berita itu sudah mengundang 490 komentar dan 23 kali dibagikan.

Penolakan seperti disampaikan akun Moh Sulistyobroto yang menulis “Elek mas…Ini program gak bener”.

Kemudian akun Nyonk, juga memprotes dengan sedikit menyindir. “Jalan blm mulus sampah dah berserakan, gmn akses ke puncak lebih mudah, lawu bakal berselimut sampah plastik…”.

Ia juga menulis ” Habis kasih tangga nanti di kasih jejeran vila trus di sewakan trus di kasih gapura …hehehe… lama” ga ada yg alami…”

Sindiran tak kalah pedas disampaikan akun Tomy Hendriawan. Ia menulis “Eskalator aja pak biar tinggal berdiri trus jalan sendiri”.

Kemudian akun Taufik Hidayah yang meminta Pemkab tak mengusik keaslian alam Gunung Lawu. Ia menulis “Biarkan lawu via cemoro kandang tetap alami pak..” 

Ada pula akun Elwicsan Masalu yang menulis “Lebih baik yg alami sj,jgn sampai gunung Lawu bersabuk beton,sedih aku”.

Meski banyak muncul penolakan, ada sebagian netizen yang menyatakan dukungan atas pembangunan anak tangga Lawu.

Di antaranya akun Hani Nurjanah yang menyatakan dukungan dan meminta pendaki yang khawatir kehilangan tantangan bisa mengambil jalur pendakian lain.

Kalo mau cari tantangan yang lain banyak gununge mass nopo mbak njih … pemerintah karepe apik kok ora disetujoni . Eling eling awake dewe yo melu pajek kok”.

Aku tgl 25 agustus 2018 mau naik kepuncak lawu lewat jalur candi ceto … monggo lurr … masalah tangga baguss lanjutkan pembangunane tapi ojo dirusak alame …” 

Lantas akun Eka Ardyaputra Bagus yang menulis dukungan ” Moga banyak pendaki yg ke puncak gunung lawu..”

Di belakangnya, ada akun Venus yang memberi masukan. “Kalau bisa setiap pos sekalian ada tempat duduk buat istirahat njih Pak, soalnya yang hoby hiking bukan dari daerah sekitar tapi dari luar daerah juga banyak …sekedar masukan , terima kasih ….” . 

Sebelumnya, saat peletakan batu pertama, Bupati mengklaim pembangunan tersebut murni CSR dari perusahaan dan perorangan yang peduli terhadap Gunung Lawu. Jalur anak tangga itu diklaim jadi yang pertama di dunia.

Baca Juga :  Kesbangpol dan IPARI Karanganyar Gelar Pembinaan Kerukunan Umat Beragama

“Ini satu-satunya di dunia, anak tangga sampai puncak gunung. DI hari bersejarah yakni tanggal 17 Agustus 2018 kami meletakkan batu pertama tanda dimulainya anak tangga sampai ke puncak lawu,” papar Bupati Karanganyar, Juliyatmono sebelum meletakkan batu pertama.

Dia menambahkan rencananya anak tangga ini akan diresmikan tanggal 17-08-2020. Pembuatan anak tangga ini diperkirakan akan selesai dalam dua tahun. Meski demikian, jika selesai sebelum 2020 maka akan lebih baik. Motivasi Pemkab, menurut Juliyatmono adalah ikut menjaga gunung lawu agar terus “wilujeng slamet”, aman dan nyaman.

“Tempat ini menjadi tempat bersejarah terbentuknya Republik Indonesia. Sebab Gunung lawu sangat indah, dan mempesona,” terang Bupati. Wardoyo