Beranda Umum Internasional Capres Brazil Ini Ditikam di Bagian Perut Saat Kampanye

Capres Brazil Ini Ditikam di Bagian Perut Saat Kampanye

ilustrasi/tempo.co

 JAKARTA – Suasana pemilihan Presiden di Brazil ternyata lebih panas ketimbang Indonesia. Jair Bolsonaro, calon presiden terkemuka Brazil yang pidatonya sering memicu kontroversi, ditikam di sebuah acara kampanye, Kamis (6/9/2018). Akibatnya, dia menderita luka serius di perut.

Bolsoner ditikam saat kampanye jelang putaran pertama pilpres Brazil pada 7 Oktober. Dilansir dari Associated Press, (6/9/2018),  Jair Bolsonaro merupakan mantan kapten angkatan darat dan menjajaki posisi kedua dalam jajak pendapat setelah mantan Presiden Luiz Inacio Lula da Silva yang tejerat kasus skandal korupsi.

Jair Messias Bolsonaro, berusia 63 tahun, yang memiliki darah Italia, adalah politisi sayap kanan dan mantan perwira militer dari Sao Paulo, Brazil, seperti dilansir dari The Sun.

Bolsonaro dikenal sebagai “Trump dari Brazil”, dia terkenal suka membuat komentar rasis, seksis, homophobic dan pro peredaran senjata api.

Sebelum berkarir di dunia politik, Bolsonaro adalah anggota militer negara itu, yang sebentar bertugas di unit penerjun militer.

Dia bertugas di militer selama 17 tahun, mencapai pangkat Kapten, dan atasannya menggambarkan dirinya sebagai orang yang “ambisius dan agresif”.

 

Bolsonaro telah menikah tiga kali dan memiliki lima anak, empat putra dan satu anak perempuan.

Ketika bekerja di Kongres, Bolsonaro mempekerjakan istri ketiganya Michelle sebagai sekretaris, memberikan promosi yang tidak biasa dan tiga kali lipat gajinya dalam waktu dua tahun.

Dia dipaksa memecat istrinya setelah Mahkamah Agung Brazil memutuskan bahwa nepotisme itu ilegal dalam administrasi publik.

Meskipun menjadi anggota kongres sejak 1991, Bolsonaro mencalonkan diri sebagai orang luar yang siap mendukung penindakan korupsi dan mengurangi kejahatan, bahkan ia memberikan lampu hijau kepada polisi untuk menembak dan membunuh ketika bertugas untuk menindak pelanggar hukum.

Sementara Bolsonaro memiliki pengikut yang kuat, ia juga sosok yang sangat terpolarisasi. Dia bahkan pernah digugat dan menghadapi tuduhan, atas pernyataan menghina perempuan, kulit hitam dan homoseksual.

Awal pekan ini, Bolsonaro mengatakan selama kampanye bahwa ia ingin menembak anggota Partai Pekerja kiri yang korup, yang mengusung pencalonan da Silva. Komentar itu mendorong teguran langsung dari jaksa agung, yang meminta Bolsonaro untuk menjelaskan komentar itu.

Sebagai anggota kongres yang mewakili Rio de Janeiro, Bolsonaro terkenal sebagai pendukung kediktatoran dua dekade antara 1964 dan 1985, ketika para jenderal militer memerintah Brazil. Mereka yang menantang elit penguasa selama era itu sering diculik, disiksa dan bahkan menghadapi eksekusi rahasia.

Dalam sebuah wawancara 2011, seperti dilansir dari intpolicydigest.org, Bolsonaro mengatakan dia tidak akan menyukai seorang bocah homoseksual. Dalam wawancara lain, dia mengatakan kesalahan dari kediktatoran militer Brazil yang lama adalah hanya menyiksa, tetapi tidak membunuh.

Bolsonaro juga pernah menanggapi komentar seorang anggota kongres perempuan yang menuduh dia sebagai pemerkosa. Bolsonaro membalas dengan mengatakan bahwa dia tidak akan memperkosanya karena “dia tidak pantas diperkosa”, dan menyiratkan bahwa beberapa perempuan “pantas” diperkosa.

Dilansir dari Newsweek, Bolsonaro dijuluki oleh beberapa surat kabar sebagai Donald Trump-nya Amerika Latin, dan juga ingin mengikuti contoh presiden AS dengan menghapus negaranya dari Perjanjian Iklim Paris. Saat ini, AS adalah satu-satunya negara di dunia yang tidak ikut perjanjian iklim Paris.

 

Berbicara tentang Trump, Bolsonaro mengatakan kepada Time, “Saya tidak lebih kaya daripada dia. Hanya itu yang tidak saya suka.”

Jair Bolsonaro juga secara terbuka membandingkan hubungan sesama jenis dengan pedofilia, menganjurkan kekerasan yang disponsori negara dan memuji pemimpin kuat seperti Presiden Filipina Rodrigo Duterte dan mantan diktator Cile, Augusto Pinochet. Bolsonaro saat ini adalah kandidat presiden dari PSL (Partai Liberal Sosial) untuk bersaing dalam pilpres Brazil yang digelar tahun ini.

www.tempo.co