Beranda Daerah Karanganyar Awalnya Arak-arakan Kirab, Ratusan Warga Lereng Lawu Tawangmangu Kemudian Lakukan Prosesi Adat...

Awalnya Arak-arakan Kirab, Ratusan Warga Lereng Lawu Tawangmangu Kemudian Lakukan Prosesi Adat Tawur 

Prosesi adat di lereng lawu Nglurah, Tawangmangu. Foto/istimewa
Prosesi adat di lereng lawu Nglurah, Tawangmangu. Foto/istimewa

 

KARANGANYAR – Masyarakat di wilayah Dukuh Nglurah, Kecamatan Tawangmangu mengadakan upacara adat Dukutan, Selasa (2/10/2018) pagi. Ratusan warga memadati acara ritual adat yang digelar mulai pukul 07.00-08.30 WIB.

Tradisi bersih desa ini turun temurun dirayakan masyarakat setiap Selasa Kliwon Wuku Dukut (penanggalan Jawa).

Namun, berbeda dibanding beberapa tahun sebelumnya, Dukutan kali ini dimeriahkan lewat sebuah kirab atau arak-arakan.

Warga mengelilingi jalanan lingkungan Nglurah sambil membawa makanan berupa palawija dan jagung yang telah didoakan.

Mereka berangkat dari area Candi Menggung sekitar pukul 07.30 WIB, lalu mengelilingi lingkungan untuk kembali ke tempat semula.

Pantauan di lapangan, barisan terdepan diisi para sesepuh, diikuti para pemuda di belakangnya. Kirab berlangsung selama kurang lebih satu jam.

Sugeng Sularjo, anggota Wagu Budoyo yang terlibat dalam prosesi menjelaskan, prosesi kirab adalah simbol dari upaya masyarakat memagari lingkungan Nglurah.

Baca Juga :  Petani Diminta Tak Tak Jual Sawahnya, Kalau Bisa Beli Lagi

“Kita memutari lingkungan seperti lingkaran untuk membentuk pagar supaya terhindar dari hal tidak baik,” kata Sugeng.

Sejumlah pemuda yang ikut dalam kirab kemudian melemparkan palawija dan jagung tadi ke arah warga dan rumah yang mereka lewati.

Menurut Sugeng, hal ini merupakan simbol dari sedekah.

“Artinya kita mau memberi ke kanan dan ke kiri,” ucapnya.

Sebelum melaksanakan kirab, warga terlebih dahulu sudah melaksanakan tirakatan sehari sebelumnya.

Lalu, warga terlibat tawur dan mengelilingi Candi Menggung sebanyak tiga kali. Tawur merupakan bentuk penceritaan ulang kisah dua tokoh Nglurah, Naratoma Mengembara dari Nglurah Lor dan Nyai Roso Putih dari Nglurah Kidul.

Keduanya sempat bertarung namun pada akhirnya menyatu menjadi suami istri. Setelah kirab, prosesi akan dilanjutkan dengan pementasan wayang pada malam harinya. Wardoyo

Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.