Beranda Daerah Karanganyar Merasa Dikadali, Investor Asal Korea Selatan Gagal Bangun Pabrik di Karanganyar. Klaim...

Merasa Dikadali, Investor Asal Korea Selatan Gagal Bangun Pabrik di Karanganyar. Klaim Sudah Habiskan Rp 18 Miliar 

Kuasa hukum investor asal Korsel Mr Kang Young Tea, Alif saat menyampaikan gugatannya ke PN Karanganyar, Senin (29/10/2018). Foto/Wardoyo
Kuasa hukum investor asal Korsel Mr Kang Young Tea, Arif saat menyampaikan gugatannya ke PN Karanganyar, Senin (29/10/2018). Foto/Wardoyo

 

KARANGANYAR- Seorang investor pabrik garmen asal Korea Selatan nekat mengajukan gugatan hukum terhadap pemilik lahan di wilayah Colomadu, Karanganyar. Investor bernama Mr Kang Young Tea itu merasa telah dikadali oleh pemilik lahan sehingga gagal berinvestasi di Karanganyar.

Hal itu terungkap ketika kuasa hukumnya, Arif Muta’ali, saat mengajukan berkas gugatan ke Pengadilan Negeri (PN) Karanganyar, Senin (29/10/2018). Kuasa hukum Mr Kang yang juga selaku perwakilan perusahaan di Indoesia itu mengatakan, kasus ini bermula ketika tahun 2015 terjadi perjanjian sewa bangun untuk pabrik garment yang berada di Jalan Adi Sucipto, Colomadu, Karanganyar.

Dari negosiasi yang sudah dilakukan, klienya akhirnya sepakat menyewa lahan milik Agus Sutandyo, Tam Hongly alias Susana, warga Serengan, Surakarta, serta Pudyasto Sutandyo, warga Jebres Surakarta.

Selanjutnya, kliennya telah megeluarkan uang sebesar Rp 18 millyar dari total biaya Rp 29 milyar untuk biaya sewa selama 10 tahun.

Menurut Arif,  dalam perjanjian tertanggal 19 Maret 2015 tersebut, salah satu klausul kontrak disebutkan, bahwa serah terima bangunan akan dilakukan pada tanggal 19 maret 2016.

Namun sampai saat ini, pemilik lahan, belum juga melakukan serah terima bangunan sebagaimana dalam perjanjian tersebut.

“ Kami telah berupaya melakukan komunikasi dengan para pihak, namun tidak membuahkan hasil.Bahkan sampai salah satu pemilik lahan meninggal dunia, penyerahan bangunan ini, belum juga dilakukan, ujar Arif, Senin (29/10/2018).

Akibatnya, perusahaan hingga kini tidak dapat beroperasi. Padahal sejumlah alat yang mendukung perusahaan, sudah datang. Karena tidak dapat beroperasi, peralatan untuk memproduksi garmen tersebut, terpaksa dijual.

“ Kami menduga, belum diserahkannya bangunan ini, karena pemilik lahan, saat akan membangun sesuai dengan perjanjian, tidak memiliki ijin mendirikan bangunan dari bupati. Kalau begini, klien kami jelas dirugikan,” kata dia. Wardoyo