WONOGIRI–Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan (Dislapernak) Wonogiri mewaspadai terjadinya kematian ikan di Waduk Gajah Mungkur (WGM). Kasus yang terjadi beberapa waktu lalu, bisa saja terulang saat ini.
Pelaksana Tugas (PLt) Kepala Dislapernak Wonogiri, Heru Sutopo, mengatakan, kasus kematian ikan di WGM pada 2014 lalu sangat tinggi. Yakni mencapai angka 100 ton lebih. Kasus ini menurutnya lebih tinggi daripada kematian sejenis tahun 2009 yang hanya mencapai 60-an ton. Padahal sebelumnya, kasus 2009 adalah yang tertinggi dalam sejarah WGM.
Tingginya angka kasus kematian ikan nila dan patin di WGM, disebabkan sejumlah faktor. Yakni dasar waduk menjadi sangat dangkal, ketika musim kemarau. Rata-rata hanya 3-4 meter, angka ini jauh daripada batas normal di kedalaman 8 meter. Dangkalnya waduk menjadikan ikan berebut mendapatkan oksigen.
Faktor selanjutnya adalah adanya pengadukan arus air. Dia menerangkan, waduk menerima kiriman air hujan di awal musim. Air kiriman itu akan bercampur dengan air di dasar waduk.
Ada perbedaan suhu antara air dalam waduk dengan air yang datang tersebut. Saat kedua arus ini bersatu, akan terjadi pengadukan. Mineral dan material yang ada dalam dasar waduk akan terangkat ke permukaan, sebagian akan terhirup oleh ikan. Sehingga ikan yang sebelumnya dalam kondisi megap-megap berebut oksigen, semakin menurun daya tahannya. Akibatnya bisa ditebak, ikan menjadi mudah mati.
“Solusinya, pertama, membatasi penebaran benih ikan, solusi kedua, nelayan memanen dini ikannya,” jelas dia, Rabu (24/10/2018). Aris Arianto