JAKARTA – Kasus tewasnya Yubelia Noven Cahya (17), siswi SMK Bogor lantaran ditikam orang tak dikenal, Selasa (8/1/2019) petang, menjadikan introspeksi berbagai pihak, salah satunya Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).
Komisioner KPAI, Jasa Putra mengatakan, pemerintah seharusnya ambil bagian besar dalam mengantisipasi munculnya peristiwa serupa.
“Kota Bogor sebagai kota berpredikat kota layak anak seharusnya sudah menyiapkan program-program early warning system (sistem peringatan dini),” kata Jasa, Kamis (11/1/ 2019).
Jasa menyayangkan kekerasan terhadap anak ini justru terjadi di kota yang digadang-gadang ramah terhadap anak. Ia berpendapat, pencegahan oleh pemerintah seharusnya sudah dilakukan di level RT dan RW.
Apatarur pemerintah, ujar Jasa, pun sebaiknya lebih peka terhadap gerak-gerik warga atau tamu yang berperilaku mencurigakan. Selain itu, ia menyarankan aparatur memberi informasi yang gamblang seputar pelaporan bila warga menemukan adanya dugaan kekerasan terhadap anak.
KPAI juga mengimbau orang tua agar selalu mengawasi anak-anaknya. “Termasuk mengetahui persoalan anak,” ucap Jasa.
KPAI mendorong polisi gamblang menyampaikan hasil pemeriksaan sehingga publik mengetahui motif kejahatan yang dilakukan oleh pelaku.
Tubuh Yubelia ditemukan bersimbah darah pukul 16.00 WIB di sebuah gang di Jalan Riau, Bogor Timur, Kota Bogor, Selasa (8/1/2029) petang. Tragedi itu sempat viral dan terekam kamera pengintai atau CCTV yang terpasang dan menyorot ke arah TKP.
Dalam rekaman itu, terlihat seorang remaja berkaus biru telah menunggu korban pulang. Pria itu lantas menikamkan senjata tajam ke tubuh korban.
Siswi SMK Bogor tewas dilarikan ke RSU PMI Bogor, namun tewas. Jenazah korban disemayamkan di rumah duka Rumah sakit Battomeus, Bandung, sebelum dimakamkan di Bandung pada Kamis, (10 /1/2019). #tempo.co