Beranda Umum Opini Pembangunan Jalan Tol Seksi Salatiga-Boyolali Menyisakan Pilu Bagi Petani di 4 Desa

Pembangunan Jalan Tol Seksi Salatiga-Boyolali Menyisakan Pilu Bagi Petani di 4 Desa

Ilustrasi/Humas Polda Jateng
Ilustrasi/Humas Polda Jateng

Pembangunan infrastruktur jalan tol Trans Jawa seksi IV ruas Salatiga-Boyolali sepanjang 22,1 kilometer bisa dibilang hampir usai. Megaproyek infrastruktur ini nyata mendatangkan banyak manfaat bagi rakyat di sekitaran jalur tol, khususnya warga Kabupaten Semarang. Di samping memangkas jarak tempuh bagi warga yang bepergian dan berkegiatan keluar masuk wilayan Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang, menambah geliat ekonomi warga sekitar tol, seperti distribusi barang produk UMKM dan Industri Rumahan warga setempat menjadi lebih mudah, efektif, dan efisien. Namun sayang, di lain hal muncul permasalahan tersendiri bagi ratusan petani di 4 desa, yakni Dusun Rejoso, Canggal, Blimbing, dan Ledok. Keempat desa ini secara geografis berlokasi di Kelurahan Sidoharjo, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang. Permasalahannya adalah dengan dibangunnya Jembatan Kali Kenteng ( ketinggian jurangnya 100,4 meter) di Dukuh Pamotan Desa Koripan, Kecamatan Sususkan, Kabupaten Semarang berdampak pada terpotongnya saluran irigasi permukaan yang membentang dari sebelah timur dusun Pamotan sampai ke Dusun Ledok. Saluran irigasi sekunder ini mampat karena urukan tanah dan material pembangunan Jalan Tol. Suplai air irigasi ke sawah dan ladang warga di 4 desa di atas terganggu. Puluhan hektar sawah dan ladang terancam kekeringan, sehingga mengganggu proses garap sawah yang berujung pada terganggunya produktifitas produksi pertanian. Ekstrimnya, kesejahteraan ratusan petani terdampak bisa memburuk.

Para petani setempat sementara waktu mengandalkan pasokan air, yang debitnya sangat kecil, yakni suplai air dari mata air di sekitar lereng Bukit Senthong. Dari berpuluh tahun sebelum proyek pembangunan tol terlakasana, saluran irigasi yang memanjang di bawah barisan bukit Senthong ini menjadi andalan dan satu-satunya sumber air irigasi bagi petani setempat. Infrastruktur irigasi pertanian tersebut telah membantu meningkatkan indeks pertanaman sehingga petani bisa panen beberapa kali dalam setahun.

Menurut informasi, perwakilan tokoh warga dan petani setempat sudah mencoba menyampaikan aspirasi ini ke pengelola pembangunan Jalan Tol yakni PT. Waskita Karya. Pihak pengelola sangat kooperatif, namun barangkali belum direspon secara tuntas dan sempurna terkait aspirasi warga untuk memperbaiki dan menormalisasi saluran irigasi permukaan tersebut. Semoga pihak terkait seperti PT. Waskita Karya (pelaksana proyek konstruksi), PT Jasamarga Solo Ngawi (Pelakasana tugas percepatan pembangunan ruas Salatiga- Boyolali dan ruas Boyolali- Kartasura berdasarkan Surat Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat nomor: JL.03.04-Mn/858 tanggal 6 September 2016), Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Semarang, Dinas PU-PR Kabupaten Semarang segera berkoordinasi untuk mengambil langkah konkrit terkait perbaikan dan normalisasi saluran irigasi. Ketersediaan air melalui perbaikan dan normaliasi irigasi pertanian menjadi sesuatu yang mendesak. Semoga dan Terima Kasih.

Pengirim: Faried Wijdan, Pemuda Kelahiran Dusun Blimbing, Sidoharjo, Susukan, Kab. Semarang, saat ini bekerja di Jakarta.
masparid@gmail.com