Beranda Umum Nasional Ini Beda Fosil Homo Erectus Bumiayu dan Sangiran Sragen

Ini Beda Fosil Homo Erectus Bumiayu dan Sangiran Sragen

Tempo.co
Tempo.co

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM  – Homo Erectus dari Bumiayu, Kabupaten Brebes memiliki perbedaan dengan holo erectus dari Sangiran, Sragen.

Bahkan, homo erectus asal Bumiayu memiliki usia yan lebih tua. Jika homo erectus dari Sangiran berusia 1,5 juta tahun, maka homo erectus Bumiayu berusia 1,8 juta tahun.

Demikian hasil penelitian Harry Widianto, arkeolog dari Balai Arkeologi Yogyakarta. Harry mengatakan, fosil homo erectus yang ditemukan di Bumiayu diperkirakan tertua di Indonesia, yakni berasal dari 1,8 juta tahun lalu.

“Kalau kita bicara mengenai manusia purba, orientasinya bukan Indonesia, tapi Jawa, Javaman, itu sudah kondang. Nah, ini penemuan 1,8 juta tahun lalu di Bumiayu, tidak membuat out of africa itu dicoret, tapi di Bumiayu sudah ada dan itu multiregional,” ujar Harry, Rabu (3/7/2019).

Sebagaimana diketahui, temuan fosil tersebut berupa tulang bonggol dan rahang serta akar gigi.

Fosil tersebut, kata Harry, berbeda dengan fosil yang ditemukan di Sangiran, Sragen, Jawa Tengah yang berusia 1,5 juta tahun lalu, perkembangan manusianya berasal dari Afrika sehingga disebut Out of Africa.

“Ini merupakan kelompok homo erectus yang perkembangannya berasal dari evolusi lokal yang disebut dengan multiregional,” kata Harry.

Baca Juga :  Fakta Baru: Ternyata AKP Dadang Juga Berondong Rumah Kapolres usai Tembak Mati AKP Ryanto Ulil!

“Artinya, fosil yang ditemukan di Bumiayu dijadikan fosil manusia purba tertua di Jawa dan di Indonesia, bukanlah di Sangiran.”

Menurut Harry, arti penemuan ini adalah  usia yang lebih tua, 1,8 juta tahun, dibandingkan dengan temuan di Sangiran, yang berumur 1,5 juta tahun lalu.

“Sehingga menjawab bahwa Sangiran bukan tempat pendaratan pertama sesuai dengan teori migrasi “Out of Africa”, tapi Bumiayu merupakan salah satu tempat di dunia yang mampu memunculkan Homo erectus dan kemudian berevolusi setempat,” kata Harry.

Evolusi setempat disebut juga teori Multi-Regional atau evolusi lokal, seperti yang terjadi di Dminasi (Georgia) maupun Longgupo (Cina).

“Teori Out of Africa menjadi kandas dengan penemuan ini, digantikan Multi-Regional itu,” katanya.

Pengukuran umur homo erectus Bumiayu berdasarkan analisis korelasi stratigrafi dan identifikasi formasi batuannya yang masuk ke Formasi Kali Glagah bagian tengah-bawah.

Keberadaan situs Bumiayu telah menjadi perhatian sejak lama dan menjadi objek penelitian oleh para ahli purbakala sejak 1920-an. Wilayah Bumiayu sampai dengan Tegal dulunya merupakan pantai timur dari Pulau Jawa.

“Keberadaan homo erektus di Bumiayu sangat memungkinkan. Karena sekitar 2,4 juta tahun lalu, wilayah Bumiayu merupakan pantai timur Pulau Jawa sebelum akhirnya Pulau Jawa terbentuk seluruhnya seperti sekarang,” tutur Harry.

Baca Juga :  Jika Terjadi PSU di Pilkada Jakarta,  Akan Terbukti Dharma-Kun Sekadar Boneka KIM Plus atau Bukan

Kemudian muncullah pulau, pertama daerah Jawa Barat, kemudian terus naik dan meluas hingga muncul wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sehingga, Harry memastikan bahwa kehidupan purba di Bumiayu lebih tua dibandingkan di sebelah timur.

Selain fosil homo erectus, di Bumiayu, para peneliti sebelumnya telah menemukan beberapa fosil lain di wilayah Bumiayu dan sekitarnya. Fosil tersebut berupa fosil gajah purba, rusa, banteng dan kerbau.

www.tempo.co