SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – SMPN 2 Kalijambe terus berupaya memoles wajah sekolah untuk menyongsong Lomba Adi Wiyata Tahun 2019.
Meski berlokasi di pinggiran nan jauh dari pusat kota, SMP yang dipimpin Kasek Tukimin itu ingin membuktikan bahwa dengan tekad kuat dan kerja keras, bisa berbuah prestasi.
Ya, Tahun 2019 ini, SMP Negeri 2 Kalijambe Kabupaten Sragen akan mengikuti seleksi sekolah adiwiyata. Penilaian akan dilaksanakan dalam waktu dekat. Maka, tak heran jika kita akan menyaksikan perubahan-perubahan di sekolah yang terletak di ujung barat Kabupaten Sragen. Lalu, apakah sekolah adiwiyata itu?
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata menyatakan bahwa sekolah adiwiyata merupakan sekolah yang peduli serta berbudaya lingkungan. Program adiwiyata ialah suatu program yang dapat mewujudkan sekolah yang peduli serta juga berbudaya lingkungan.
Untuk mewujudkan program sekolah adiwiyata, SMP Negeri 2 Kalijambe langsung membentuk Tim Sukses Adiwiyata yang dipimpin langsung oleh Kepala Sekolah, Tukimin, dan Endang Mahmudah, ditunjuk sebagai koordinator.
“Langkah pertama menyukseskan itu adalah bekerja sama dengan komite sekolah, warga sekolah, dan instansi terkait. Komite Sekolah mendukung penuh upaya itu. Bentuk dukungannya berupa kemudahan fasilitas dan bantuan orang tua siswa,” papar Kasek Tukimin kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Senin (2/9/2019).
Warga sekolah pun memberikan respon positif dengan sering mengadakan kerja bakti hampir setiap hari. Guru, karyawan, dan semua siswa membersihkan lingkungan sekolah, menata perabotan sekolah, dan melengkapi bagian-bagian yang belum ada.
Beberapa instansi pemerintah juga dilibatkan, seperti Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sragen, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sragen, Puskesmas Kecamatan Kalijambe, sekolah lain yang telah sukses menyelenggarakan sekolah adiwiyata dan lain-lain.
“Berkat dukungan semua elemen tadi, saya optimis SMP Negeri 2 Kalijambe sukses mengikuti sekolah adiwiyata,” urai Tukimin.
Ditanya tentang kendala yang dihadapi untuk mewujudkan sekolah adiwiyata, Tukimin menjelaskan, hambatan terbesarnya adalah faktor musim. Menurutnya, karena kegiatan ini diadakan pada musim kemarau, tentu tanaman sulit tumbuh. Begitu ditanam cepat sekali kering kecuali rajin disirami.
“Ini adalah kendala terbesar karena daerah ini termasuk daerah kering yang air agak sulit didapat,” terangnya.
Ia menambahkan sekolah berusaha memperdalam sumur dan berlangganan air lewat PAMDES. Endang Mahmudah, Koordinator Sekolah Adiwiyata di SMPN 2 Kalijambe menuturkan, budaya bersih dan peduli lingkungan belum terbentuk sehingga para guru kesulitan menyadarkan pentingnya sekolah adiwiyata.
Maka, guru matematika ini tak henti-hentinya menyeru kepada anak-anak agar menjaga tanaman sebaik-baiknya.
“Tidak mudah itu dilakukan karena mind set anak-anak memang masih suka bermain. Namun, lewat pendekatan interpersonal, lama-kelamaan, anak-anak mulai sadar jika lingkungan sekolah yang asri bisa memberikan kenyamanan belajar” katanya penuh optimis.
Ada beberapa kegiatan untuk menyukseskan program sekolah adiwiyata, seperti pembuatan green house, taman sekolah, apotek hidup, perkebunan, pengomposan, biopori, sumur serapan, pengelolaan air untuk kolam ikan, dan lain.
Semua kegiatan itu bisa berhasil karena semua warga sekolah mendukungnya. Wardoyo