SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati mempersilakan masyarakat dan elemen untuk menyampaikan aspirasi maupun kritikan terkait kinerja pemerintahannya.
Namun ia berharap kritikan yang dilontarkan hendaknya juga bisa dibarengi dengan solusi pemecahan masalah. Hal itu disampaikan bupati menanggapi kritikan pedas dari sejumlah kalangan kiai Nahdlatul Ulama (NU) yang mengaku kecewa dan menilai banyak program bupati yang gagal menyejahterakan masyarakat.
“Saya berterimakasih, itu bagian dari kritikan yang disampaikan para kiai sepuh. Itu hak mereka untuk menilai,” papat bupati kepada wartawan ditemui di pendapa rumdin bupati belum lama ini.
Bupati kemudian menguraikan pada dasarnya insiden gagal panen yang dialami sebagian petani di Sragen Utara, banyak faktornya.
Menurutnya jika memang itu menjadi bahan kritikan menilai kinerja pemerintahannya belum baik, ia pun menerima.
“Nggak papa kalau tidak berkenan dan mengajukan kritikan, kami terima. Dan ditunggu sarannya juga. Jadi jangan hanya kritikan saja. Yang jelas kami (pemerintah) juga tidak tinggal diam. Bupati kan nggak diam saja,” tukasnya.
Sementara, Wabup Dedy Endriyatno memandang pro kontra itu hal biasa. Soal kinerja pemerintahan Yuni-Dedy yang mendapat sorotan dari kalangan kiai sepuh NU dinilai gagal di satu bidang, menurutnya hal itu wajar.
Akan tetapi ia menyebut bahwa tolok ukur keberhasilan ada parameter program kerjanya.
“Kalau ada yang menganggap gagal panen sebagai tolok ukur, gagal panen kan banyak faktor penyebabnya,” terangnya.
Ia menyebut misalnya prakiraan dari BMKG bahwa hujan diperkirakan hanya lima bulan pada tahun depan. Hal itu tentu akan menjadi permasalahan serius bagi pertanian yang harus diantisipasi.
Kemudian ada faktor lain, yakni tingginya target produktivitas padi dari pemerintah pusat untuk Sragen, juga menjadi hal yang perlu dikaji.
Sebab tingginya target produksi itu akhirnya memaksa petani menanam padi di musim kamarau yang harusnya ditanami palawija.
Sebelumnya, sejumlah pengasuh pondok pesantren dan kyai dari perwakilan beberapa wilayah di Sragen mengungkapkan pandangan mereka soal kinerja pemerintahan Bupati Kusdinar Untung Yuni Sukowati selama 5 tahun yang dianggap masih jauh dari memuaskan.
Bahkan program yang dijalankan selama ini dianggap belum banyak membawa perubahan dan kesejahteraan bagi masyarakat.
Hal itu terungkap ketika sejumlah kyai dan pengasuh Ponpes beraliran NU berkumpul dan mengutarakan pandangan mereka terhadap peluang suksesi kepemimpinan di Sragen pada Pilkada 2020, beberapa waktu lalu.
Mereka berkumpul dan bersilaturahmi dengan salah satu tokoh PNS kelahiran Kedawung, Sragen, Joko Suwoto yang belum lama ini mendeklarasikan diri siap maju ke Pilkada Sragen.
Salah satu sesepuh kyai yang juga pengasuh pondok pesantren An’Nain Aji Soko, Sukodono, K.H Suram Mustofa menyampaikan selama lima tahun terakhir, program pemerintahan Sragen saat ini belum banyak menyentuh dan membantu masyarakat.
Ia menyebut salah satunya di bidang pertanian. Bencana kekeringan yang mengakibatkan banyak petani di utara Bengawan gagal panen, selama ini nyaris tanpa ada perhatian dan penanganan.
“Utara bengawan gagal panen karena kesulitan air, selama beberapa tahun kan nggak pernah tertangani. Kekurangan air, hanya dibantu wadahe (tandon), tapi hampir setiap tahun terjadi juga nggak bisa teratasi. Lalu khusus untuk NU, selama ini yang kani rasakan juga belum ada peningkatan untuk NU. Mau buat rumah sakit izinnya juga dipersulit,” paparnya diamini para kyai yang hadir. Kyai yang dikenal ceplas-ceplos itu menyampaikan sebagai pengasuh Ponpes beraliran NU yang notabene menjadi bagian pendukung Yuni-Dedy saat Pilkada 2015, KH Suram mengaku selama ini, keberpihakan pemerintah terhadap Ponpes juga nyaris tak dirasakan.
“Honor untuk ustad pun baru ada setahun terakhir Rp 50.000 perbulan. Program untuk Ponpesnya malah belum ada. Makanya bagi saya selaku di Ponpes, ya melihat banyak kekurangan dari pemerintahan ini. Masyarakat bawah itu tahunya program yang dirasakan masyarakat kecil,” tukasnya.
Perihal pertemuan itu sendiri, Suram menyebut untuk bersilaturahmi. Soal wacana dukungan Pilkada 2020, jaringan kyai pun mengisyaratkan siap untuk mendukung apabila ada calon bupati atau paslon di luar petahana yang memiliki visi misi dan program yang lebih baik.
Senada, Kyai Maksun mengutarakan memang saat ini petahana sudah mencoba mengikat tokoh-tokoh NU dan pimpinan Ponpes. Kendati begitu, ia menyebut sebenarnya selama ini keberadaan bupati yang sebelumnya didukung NU, belum banyak dirasakan oleh internal NU.
“NU sendiri di pemerintahan saat ini, asline ngenes tapi banyak yang tidak menyadari kengenesan ini. Mau buat rumah sakit saja dipersulit ijinnya. Dikasih ijin pun jauh di Sumberlawang sana,” katanya. Wardoyo