Beranda Umum Nasional 53 Desa di Jateng Masih Akan Kekeringan Hingga November

53 Desa di Jateng Masih Akan Kekeringan Hingga November

Warga membersihkan rumput liar pada lahan pertanian yang kering di Ngerangan, Bayat, Klaten, Jawa Tengah, Kamis (10/10/2019) / tempo.co

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Sebanyak 53 desa di wilayah Provinsi Jawa Tengah, diperkirakan masih akan mengalami kekeringan hingga November mendatang.

Sebaran wilayah tersebut adalah Kabupaten Pati terdapat 24 Desa di 6 kecamatan yang masih akan mengalami kekeringan hingga November.

Di Kabupaten Kendal terdapat dua desa yang mengalami kekeringan, sementara di Kabupaten Brebes ada 25 desa di delapan kecamatan yang masih akan mengalami kekeringan.

Demikian sebagian hasil dari pantauan Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per Jumat (22/11/2019).

Daerah lain yang diperkirakan masih akan mengalami kekeringan hingga November adalah 99 desa di 21 kecamatan di TTU, Nusa Tenggara Timur (NTT), 60 desa di 15 kecamatan di Alor, NTT dan 27 desa di 8 kecamatan di Flotim, NTT.

Sementara itu, di Jawa Barat terdapat 12 Kecamatan di Kabuoaten Cirebon yang masih akan mengalami kekeringan.

Sedangkan di Kabupaten Karangasem, Bali, sebanyak tujuh desa di tiga kecamatan masih harus bersabar menghadapi kekeringan hingga November.

“Solusi jangka pendek yang dilakukan Pemerintah Daerah adalah dengan melakukan distribusi air dan menggunakan dana dari APBD masing-masing. Jika masih kurang, BNPB akan memberikan Dana Siap Pakai sesuai kebutuhan dari daerah,” ujar Agus Wibowo, Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB, Jumat (22/11/ 2019).

Baca Juga :  Usai Tangkap Terduga Pelaku Penambangan Ilegal di Solok, Kasatreskrim  Ditembak oleh Rekan Kerjanya Sendiri Hingga Tewas

Sedang untuk solusi jangka panjang BNPB mengimbau kepada pemerintah daerah untuk melakukan penanaman pohon di daerah kritis dan daerah tangkapan air hujan dengan tanaman mempunyai potensi  menyimpan air dalam tanah, seperti beringin, trembesi, dan sukun.

Selain itu, BNPB bersama dengan komunitas masyarakat berusaha untuk melakukan aksi penyelamatan mata air seperti membersihkan sungai.

Salah satu daerah yang belum turun hujan, berdasar data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) adalah wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT), yaitu di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) dan Kabupaten Alor.

“BNPB mengirimkan Tim Reaksi Cepat untuk melakukan kaji cepat dan verifikasi permohonan Dana Siap Pakai,” ujar Agus.

Pemerintah Kabupaten TTU mengirimkan surat permohonan bantuan Dana Siap Pakai sebesar Rp 629.200.00 kepada BNPB untuk mengatasi bencana kekeringan.

Biasanya pada bulam November sudah turun hujan, sejak bulan Mei sampa dengan November baru turun hujan satu kali sehingga kondisi sangat kering.

Selama ini BPBD melakulan dropping air bersih kepada penduduk. Pemda TTU sudah menghabiskan dana sekitar Rp 100 juta untuk keperluan dropping air bersih dengan alokasi 10 tangki per desa di 20 desa yang mengalami kekeringan. Berdasarkan keterangan BPBD TTU terdapat 99 desa di 21 kecamatan yang terdampak bencana kekeringan.

Baca Juga :  Gibran Minta Sistem Zonasi Dihapus,  FSGI Minta Presiden Prabowo Tetap Pertahankan. Mendikdasmen: Tunggu Tim Pengkajian yang Kami Bentuk

Tim Reaksi Cepat BNPB juga melakukan kaji cepat dan verifikasi permohonan Dana Siap Pakai dari Kabupaten Alor sebesar Rp 925 juta untuk mengatasi kekeringan. Terdapat 60 desa di 15 kecamatan di Alor yang mengalami bencana kekeringan. Selama ini BPBD Kabupaten Alor juga melakukan dropping air bersih ke penduduk dengan menggunakan dana APBD yang ada.

www.tempo.co