YOGYAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM –
Masa pandemi virus Corona yang memaksa masyarakat untuk diam dan bekerja dari rumah (work from home), berpotensi mengakibatkan terjadinya lonjakan angka kelahiran.
Bagaimana dengan Provinsi DIY, Kepala BKKBN DIY, Ukik Kusuma Kurniawan mengatakan, target per tahun kelahiran di DIY mencapai 42.000 bayi.
“Jika angka kelahiran di DIY sampai melebihi angka tersebut, dapat dianggap telah terjadi baby boom,” ujarnya saat ditemui, Kakis (11/6/2020).
Ukik menyadari, selama pandemi Covid-19 potensi meningkatnya angka kehamilan akan tinggi.
Penyebabnya menurut Ukik, pertama, peserta KB di luar pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) selama masa pandemi Covid-19 merasa takut untuk memeriksakan diri ke klinik dan layanan KB lain.
“Faktanya memang terjadi penurunan angka pelayanan. Karena masyarakat menganggap jika datang ke RS itu rawan terpapar Covid-19. Akhirnya masyarakat enggan datang untuk meminta pil KB, Suntik, atau Implan,” katanya.
Ukik menambahkan, selain itu anjuran pemerintah untuk tetap di rumah saja juga membuat para pasangan suami istri menimbulkan hasrat untuk berhubungan badan.
Di sisi lain, tenaga medis juga sedang banyak terfokus pada penanganan Covid-19.
“Sehingga pelayanan KB ini tersisihkan. Yang tadinya seseorang harus pasang implan, suntik KB atau minta pil dan alat kontrasepsi, jadi terkendala,” tegasnya.
Dari kondisi itulah, lanjut dia, ada kehamilan yang tidak diharapkan. Artinya, kehamilan yang tidak terkendali dan berakibat terjadi baby boom sembilan bulan kemudian.
Namun menurut Ukik, dari data BKKBN DIY, tren data peserta KB Aktif mulai Januari hingga April 2020 potensi putus layanan dan memiliki kerentanan terjadi kehamilan yang tak terkendali, terjadi pada bulan Februari.
Secara rinci data tersebut di antaranya pada Bulan Januari ada sebanyak 371.790 peserta KB, Bulan Februari turun menjadi 357.435 peserta.
Artinya, ada sebanyak 14.355 yang berpotensi hamil lantaran putus layanan KB selama di Bulan Februari.
“Tapi itu sangat minim jika dibandingkan dengan wilayah lain. Karena mereka juga termasuk pengguna metode MKJP jadi masih relatif aman, hanya 4 persen saya bilang,” terang dia.
Penyebab rendahnya partisipan KB pada bulan Februari tersebut lantaran, sejak itu masyarakat mulai digegerkan dengan isu Covid-19.
Sementara bulan Maret, angka partisipan penggunaan KB kembali meningkat menjadi 370,761 peserta.
Sementara pada Bulan April kembali turun namun angka penurunan cenderung lebih rendah dari bulan Februari yakni menjadi 370,447 atau ada sebanyak 314 yang absen penggunaan KB.
Jika ditotal, sepanjang Januari hingga April kemarin ada 14.669 peserta KB yang absen dan berpotensi mengalami kehamilan.
“Untuk mencegah semakin meluas, kami ada regulasi baru terkait pelayanan KB dimasa pandemi Covid-19,” pungkasnya.