SEMARANG, JOGLOSEMARNEWS.COM – Di tengah pandemi virus corona atau covid-19 Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dihadapkan dengan masalah kesehatan yang lain. Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Tengah mencatat hingga triwulan kedua (Januari-Juni) 2020 pengidap baru penyakit tuberkolosis (TBC) menyentuh 23.919 penderita baru di 35 kabupaten/kota.
Kepala Dinas Kesehatan Jateng Yulianto Prabowo menyebutkan, kasus tertinggi penyakit TBC terjadi di Kabupaten Tegal. Di sana tercatat sebanyak 1.932 orang terjangkit TBC.
Yulianto juga menyebutkan, angka penderita di usia produktif cukup tinggi. Dengan rincian penderita di usia 23 hingga 34 tahun mencapai 14 persen. Penderita usia 35 hingga 44 tahun mencapai 15 persen. Sementara penderita usia 45 hingga 54 mencapai 16 persen. Sehingga total penderita di Jateng berada pada rentang usia produktif mencapai 45 persen.
“Kami juga mengimbau untuk seluruh jajaran kami agar melakukan pencegahan TBC dengan berkaca pada metode pencegahan covid-19, yaitu menggunakan masker dan melakukan tracing kontak penderita,” terang dia belum lama ini.
Yulianto Prabowo juga meminta masyarakat untuk tidak lengah terhadap kasus tuberkolosis. Menurutnya, karakteristik penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis itu hampir serupa dengan covid-19.
“Menyerangnya saluran napas dan paru-paru. Penularannya pun hampir sama melalui droplet (percikan liur). Maka dari itu, kami minta warga tetap menjaga kesehatan dengan memakai masker, mencuci tangan dan makan bergizi, membuka jendela, dan jaga jarak,” ujarnya.
Dibeberkan Yulianto lebih detail saat dikonfirmasi, Kamis (22/7/2020), dari puluhan ribu kasus TBC di Jateng, Kabupaten Tegal menjadi daerah dengan kasus cukup tinggi. Sebanyak 1.832 kasus tuberkolosis dilaporkan.
Paparan kasus TBC di Jawa Tengah, menyerang tak pandang bulu, dari bayi baru lahir hingga lansia. Data Dinkes Jateng, persentase kelompok umur yang terpapar TBC sebagai berikut, bayi usia 0-4 tahun sebanyak tujuh persen, kemudian umur 5-14 tahun (5,3 persen), umur 15-24 tahun (15,4 persen).
Kemudian, umur 23-34 tahun (14,7 persen), umur 35-44 tahun (15 persen), umur 45-55 tahun (16 persen), dan umur 55-60 tahun (15,9 persen). Terakhir, lansia dengan usia di atas 60 tahun sebanyak 11,2 persen, dari total penderita di Jawa Tengah.
“Dari data ini, usia produktif (15-60 tahun) banyak yang terkena. Itu harus kita lindungi, karena kalau sudah terkena tidak produktif lagi. Karena pengobatan TBC bisa sampai sembilan bulan (berturut-turut, jika terputus mengulang dari awal),” kata Yulianto.
Untuk membasmi penyakit itu, pihaknya telah melakukan langkah taktis dengan melakukan pengobatan. Selain itu, Dinkes Jateng juga melakukan pencegahan terhadap mereka yang kontak erat, dengan pengidap TBC.
Optimalkan Laboratorium
Di sisi penanggulangan Covid-19, Yulianto menyebut melakukan pengutamaan proses tracing (pelacakan) dan testing (tes). Langkah itu, dilakukan untuk mengungkap kasus pengidap Covid-19 yang tak menunjukan gejala.
“Bila diketemukan kasus pasien positif Covid-19 namun gejala ringan, kita isolasi di rumah. Namun jika bergejala (perburukan) harus dirawat di rumah sakit,” ujarnya.
Yulianto menjelaskan, terkait adanya klaster penularan yang berkontribusi terhadap pelonjakan kasus Covid-19, di Jateng. Menurutnya, kasus itu tersebar di beberapa daerah. Hingga Rabu (22/7/2020) pukul 12.00 pasien positif covid-19 mencapai 7.593 orang.
Untuk menanggulanginya, selain diadakan pelacakan dan tes, pihaknya juga mempersiapkan laboratorium dan meningkatkan kapasitas rumah sakit. Dikatakannya, saat ini ada 17 laboratorium baik di Jateng maupun luar daerah yang siap menganalisis spesimen dari probabel maupun positif Covid-19. Terakhir, ia mengajak warga Jateng lebih disiplin dalam menjaga kesehatan dan memakai alat perlindungan diri, terutama masker dan cuci tangan.
“Saat ini, rumah sakit tengah meningkatkan kapasitas ruang isolasi, ICU, ventilator, sarana prasarana berikut sumberdaya manusia. Ada penambahan klaster seperti di Boyolali, Sukoharjo, Wonogiri dan Pemalang, yang menambah klaster yang telah ada seperti industri, pasar dan pondok pesantren,” jelas Yulianto. Satria Utama