Beranda Daerah Mirip Sepeda Lipat, Ini Jenis Sepeda Yang Lagi Ngetren dan Paling Diminati...

Mirip Sepeda Lipat, Ini Jenis Sepeda Yang Lagi Ngetren dan Paling Diminati Goweser. Untuk Jalur Nanjak Tidak Ngos-Ngosan, Harganya Sesuai Bujet Pemesannya Lho!

Ilustrasi sepeda. Foto/Tempo.co
Ilustrasi sepeda. Foto/Tempo.co

BANDUNG, JOGLOSEMARNEWS.COM – Bermula dari iseng “memutilasi” sepeda gunung merek Federal dua tahun silam, Feri Soemantri kini dikenal sebagai ahli pembuat sepeda dari Bandung.

Sepeda-sepeda buatan MV Corp Bdg–nama workshop milik Feri—terkenal di kalangan pencinta kegiatan bersepeda di Tanah Air karena keunikannya.

Secara ukuran dan bentuk, sepeda-sepeda MV tampak lebih mungil dari sepeda biasa.

Tampilannya juga tak lazim: ada yang posisi rangkanya saling bersilang; ada yang palang penopang roda belakangnya menekuk dan membulat; hingga yang fork depannya menyatu dengan rak untuk membawa barang.

Jenis sepeda karya Feri ini termasuk dalam golongan minivelo alias sepeda mini. Sekilas bentuknya mirip sepeda lipat atau BMX.

Meski ukurannya mungil, penggunanya orang-orang dewasa. Menurut Feri, pemesan biasa menggunakan sepeda itu untuk bepergian jarak jauh (touring) ataupun sekadar bersepeda di dalam kota.

Sepeda jenis ini belakangan populer karena unggul dalam berbagai hal dibanding sepeda biasa.

“Minivelo itu lebih gesit, ringan, dan enak dibawa nanjak dibanding sepeda berukuran besar. Lalu, jika dibandingkan dengan sepeda lipat, minivelo lebih kokoh rangkanya,” kata Feri kepada Tempo.co.

Ditambah lagi desainnya unik dan menarik perhatian, membuat pemakainya terlihat berbeda dan menonjol.

Feri memulai usaha sepeda custom ini secara tak sengaja. “Saya awalnya memang suka touring pakai sepeda Federal.”

Tapi, karena usia yang semakin tua, ia merasa mudah ngos-ngosan jika bersepeda pakai sepeda berukuran besar. Ia iseng “mengecilkan” sepeda Federal miliknya menjadi sepeda mini.

Hasilnya langsung ia tes dengan melakukan touring dari Blitar ke Bromo di Jawa Timur.

“Ternyata saya cocok pakai sepeda mini,” ujarnya.

Ia tidak ngos-ngosan ketika berada di jalur mendaki. Dalam perjalanan itu, sepeda yang dipakai Feri pun ternyata bisa mengimbangi sepeda-sepeda touring yang dipakai kawan-kawannya.

Baca Juga :  Gegara Beda Pilihan, Tukang Bakso di Indramayu Ini Diusir dari Lapaknya

Setelah ia melakukan perjalanan itu, kawan-kawannya meminta dibuatkan sepeda serupa. Dari situ, sepeda minivelo karya Feri dikenal banyak orang pencinta kegiatan bersepeda. Berkat promosi dari mulut ke mulut, plus media sosial, peminatnya pun terus bertambah.

Kebetulan Feri punya kolega yang memiliki pabrik sepeda di Bandung. Feri pun bekerja sama memproduksi rangka khusus minivelo.

Sebagai produk custom, konsumen dibebaskan menentukan sendiri bentuk dan spesifikasi sepedanya.

Agar ukuran sepeda sesuai dan nyaman digunakan pemesan, Feri juga mewajibkan pemesan mencantumkan tinggi badannya. Dengan begitu, sepeda buatan Feri benar-benar terasa personal bagi setiap pemesannya.

“Kenyamanannya juga jadi optimal.”

Saat ini Feri memasarkan rangka sepedanya seharga Rp 1,7-1,8 juta. Jika dalam bentuk sepeda utuh, sudah termasuk semua komponen, harganya Rp 5-7 jutaan, bergantung pada spesifikasi komponen.

“Biasanya saya tanya dulu bujet yang dipunyai konsumen berapa, nanti spesifikasinya tinggal disesuaikan,” kata dia.

Tak jarang ada yang memesan sepeda kelas premium dengan harga tembus belasan juta rupiah. Harga sepeda paling mahal yang pernah ia buat Rp 24 juta.

“Memang semua komponennya pakai yang paling tinggi.”

Tapi, walau harganya bervariasi, Feri berani menjamin semua sepeda buatannya memakai material berkualitas dan awet.

“Soal pemilihan material, saya memang tidak mau asal,” ujarnya.

Sebetulnya material yang ia gunakan adalah pipa besi yang lazim dipakai membuat rangka sepeda. Tapi Feri hanya mau memakai pipa besi dengan ketebalan tertentu.

Hal ini dimaksudkan agar sepedanya tahan banting, kokoh, dan tak mudah retak. Untuk menegaskan kualitas sepedanya, Feri bahkan berani memberikan garansi seumur hidup untuk frame sepeda buatannya.

“Selama saya masih hidup, kalau sepeda buatan saya kenapa-kenapa, pasti saya tanggung jawab.”

Toh, sejauh ini sepeda-sepeda buatan Feri hampir tak pernah dikeluhkan pemesannya. Bagi Feri, kualitas produk dan kepercayaan konsumen adalah dua hal yang paling penting dalam bisnis sepeda custom.

Baca Juga :  Penangkapan Begal Bersenjata Api di Garut Diwarnai Aksi Penembakan, 1 Pelaku Tewas

“Kepercayaan orang itu tidak ternilai. Makanya, kalau ada yang komplain sepeda, pasti saya ganti baru,” tutur dia.

Tak jarang pula, Feri menguji sendiri daya tahan sepeda produksinya dengan melakukan perjalanan jarak jauh. Suatu kali, ia pernah membuat sepeda dengan bujet paling minim, Rp 3 jutaan. Ia menempuh perjalanan Bandung-Ciawi, Bogor.

“Ternyata, meski komponennya murah, sepedanya enak dipakai dan tembus tanjakan di Puncak. Saat tiba di tujuan, sepeda itu malah dibeli oleh salah satu kawannya yang kagum kepada bentuk dan keandalannya,” kata dia.

Rata-rata setiap bulan ia bisa memproduksi 20 rangka sepeda. Belakangan, ketika aktivitas bersepeda semakin ngetren di mana-mana, pemesan sepeda Feri semakin banyak.

“Sekarang sudah mengantre 50 pemesan. Jadi, kalau ada yang mau pesan, harus bersabar,” ujarnya.

Tak cuma dari dalam negeri, tak sedikit pemesanan datang dari luar negeri, seperti Malaysia, Singapura, Filipina, sampai Prancis. “Tapi saya belum berani memenuhi permintaan mereka, karena belum menguasai soal pengirimannya.”

www.tempo.co