SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Ribuan ikan milik petani karamba di Waduk Kedung Ombo (WKO) wilayah Ngasinan, Desa Ngargotirto, Kecamatan Sumberlawang, Sragen dilaporkan mati mendadak.
Ribuan ikan itu mati akibat fenomena upwelling atau pembalikan massa air waduk sehingga mengangkat racun sisa pakan dari dasar air yang berakibat membunuh ikan-ikan.
Data yang dihimpun JOGLOSEMARNEWS.COM , kematian ikan secara massal itu terjadi sejak tiga hari terakhir. Fenomena upwelling itu melanda karamba di wilayah Dukuh Ngasinan dengan kapasitas ikan yang mati mencapai 50-100 ton.
“Sudah beberapa hari ini terjadi upwelling. Ikan yang mati milik beberapa petani, gejalanya ikan-ikan mati mendadak. Perkiraan yang mati sekitar 50 ton,” papar Kades Ngargotirto, Sumadi kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Minggu (2/8/2020).
Ia menguraikan untuk mencegah meluasnya wabah upwelling, para petani pemilik karamba di sekitar titik kematian, langsung berinisiatif menggeser karamba.
Hal itu dilakukan guna menyelamatkan ikan-ikan agar terhindar dari racun putih yang muncul akibat upwelling.
“Ini siklus tahunan dan biasanya memang terjadi pada musim pancaroba. Petani kemarin langsung pada nggeser karamba menjauh agar tidak kena,” tuturnya.
Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Sragen, Muh Djazairi membenarkan hal itu. Ia mengaku sudah menerima laporan dari petugas penyuluh perikanan wilayah Sumberlawang terkait fenomena upwelling di Ngasinan itu.
“Laporan sementara jumlah kematian ikan antara 50-100 ton. Titik kematian di wilayah Ngasinan. Tapi laporan yang kami terima, yang terkena itu kebanyakan milik pengusaha,” paparnya.
Djazairi menguraikan fenomena kematian ikan mendadak itu terjadi sejak Kamis (30/7/2020) hingga Minggu (2/8/2020). Dari kematian sebanyak itu, taksiran kerugian diperkirakan mencapai Rp 1 miliar.
Angka itu dihitung dengan asumsi harga ikan Rp 20.000 perkilo. Sebagai tindaklanjut, pihaknya besok akan menerjunkan tim guna mengecek dan melakukan pendataan di lapangan.
“Sebelumnya kami juga sudah mengingatkan bahwa upwelling ini siklus tahunan dan biasanya terjadi pada bulan Mei sampai Agustus. Ini terjadi pada Juli, dan petani juga sudah mengantisipasi. Untuk mencegah agar kematian tidak meluas, satu-satunya jalan ya menggeser karamba yang belum kena agar menjauh dari titik upwelling. Kemudian jarak karamba agar tidak terlalu padat karena sebenarnya kapasitas karamba WKO sudah overload,” tandasnya. Wardoyo