Beranda Umum Ibadah Puasa Sunah di Bulan Muharram: Hukum dan Keutamaan Puasa Tasu’a dan...

Ibadah Puasa Sunah di Bulan Muharram: Hukum dan Keutamaan Puasa Tasu’a dan Asyura

Ilustrasi berdoa. Pixabay

JOGLOSEMARNEWS.COM Bulan Muharram merupakan salah satu bulan yang diutamakan dalam Islam. Di bulan ini juga ada ibadah yang dianjurkan, yakni puasa pada tanggal 9 dan 10 Muharram, atau yang biasa disebut dengan Puasa Tasu’a dan Asyura. Tahun ini hari Asyura jatuh pada Sabtu, 29 Agustus 2020.

Secara bahasa, kata Asyura dalam bahasa Arab bermakna sepuluh, sedangkan secara istilah, asyura adalah tanggal 10, khususnya di bulan Muharam. Puasa Asyura termasuk puasa yang dianjurkan Nabi Muhammad SAW kepada umat Islam.

Sebagaimana hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan Imam Muslim dari Abu Hurairah RA, bahwa berpuasa pada hari itu memiliki sejumlah keutamaan serta hadis yang diriwayatkan oleh Imam Baihaki.

“Barang siapa yang melapangkan keluarga dan familinya pada hari Asyura, niscaya Allah melapangkannya sepanjang tahun itu.” (HR al-Baihaki).

Pada masa permulaan Islam kalangan ulama sempat berbeda pendapat mengenai hukum berpuasa di hari Asyura ini. Namun, setelah disyariatkannya puasa Ramadhan, para ulama menyepakati hukum puasa di hari Asyura ini adalah sunah.

Abu Hanifah berpendapat bahwa pada awalnya diwajibkan kemudian dihapus. Sementara Imam Ahmad menyatakannya sebagai puasa sunah, begitu juga pendapat jumhur (mayoritas) ulama.

Rasulullah SAW tidak memerintahkan secara umum tentang puasa tersebut. Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya hari ini adalah hari Asyura, tidak diwajibkan kamu melakukan puasanya, tetapi saya berpuasa. Barang siapa yang ingin berpuasa, berpuasalah, dan barang siapa yang tidak ingin berpuasa, hendaklah ia berbuka.” (HR Bukhari dan Muslim)

Baca Juga :  Meningkatnya Ancaman Keamanan Siber: Mengapa Setiap Orang Membutuhkan VPN

Dalam hadis yang lain, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya hari Asyura adalah termasuk hari-hari (yang dimuliakan) Allah. Barang siapa yang suka berpuasa, berpuasalah.” (Muttafaq ‘alaihi)

Ritual berpuasa pada tanggal 10 Muharram ini ternyata juga dilakukan oleh orang-orang Yahudi, sebagai rasa syukur atas keselamatan yang mereka peroleh dengan ditenggelamkannya Firaun dan tentaranya di Laut Merah oleh Allah.

Karenanya, untuk membedakan dengan puasa orang-orang Yahudi, umat Islam disunahkan juga untuk berpuasa pada tanggal 9 Muharam.

Dari Abu Musa al-Asy’ari RA, dia berkata, “Hari Asyura itu diagungkan oleh orang Yahudi dan mereka menjadikan sebagai hari raya. Maka, Rasulullah SAW bersabda, Berpuasalah pada hari itu.” (Muttafaq alaihi).

Ibnu Taimiyah berkata: “Disunahkan bagi yang berpuasa pada hari Asyura untuk berpuasa pada tanggal sembilannya karena hal tersebut adalah perintah Rasulullah SAW yang paling akhir.”

Keutamaan Puasa Asyura

Mengenai derajat keutamaan berpuasa di hari Asyura, kalangan ulama memiliki pendapat yang berbeda. Sebagian ulama berpendapat derajat pertama dan yang paling utama adalah dengan melakukan puasa tiga hari, yaitu tanggal 9, 10, dan 11 Muharram.

Baca Juga :  On the web Blackjack Inside the 2024 Play for 100 percent free Or Real money

Namun ada juga yang berpendapat derajat keutamaan ini adalah dengan berpuasa pada tanggal 9 dan 10 Muharram saja, sebagaimana diterangkan dalam hadis riwayat Muslim dari Ibnu Abbas, dia berkata: “Rasulullah SAW bersabda, Apabila (usia) ku sampai tahun depan, aku akan berpuasa pada (hari) ke sembilan.”

Sementara ada pula yang berpendapat, berpuasa hanya pada tanggal 10 Muharram. Namun, sebagian ulama memakruhkannya. Sebab, Rasul SAW memerintahkan umat Islam untuk membedakan kebiasaan Yahudi yang hanya berpuasa pada hari Asyura dengan umat Islam agar berpuasa pada hari kesembilan atau hari kesebelas secara beriringan dengan puasa pada hari kesepuluh, atau ketiga-tiganya.

www.republika.co.id