SEMARANG, JOGLOSEMARNEWS.COM – Semangat untuk menegakkan disiplin protokol kesehatan terus berkumandang. Hal itu lantaran wabah covid-19 hingga saat ini masih belum ditemukan vaksinnya.
Untuk itu, upaya pencegahan penyebaran covid-19 menjadi hal yang mutlak. Di sisi lain, penguatan mental bagi pasien yang terjangkit covid-19 juga sama pentingnya.
Seperti halnya cerita di balik pasien sembuh dari virus yang kali pertama muncul dari Wuhan, Tiongkok tersebut. Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah KH Muhyiddin, salah satu yang pernah divonis terjangkit covid-19. Ia menjalani karantina, sampai sembuh. Cerita dan usaha apa yang dilakukannya sehingga ia selamat dari virus tersebut?
“Setelah tes dan dinyatakan positif (terjangkit covid-19), saya langsung menjalani karantina,” ujar Muhyiddin saat ditemui di kantornya, belum lama ini.
Selama di karantina, rasa cemas selalu menghampiri. Apalagi, berita yang bermunculan bahwa covid-19 telah menyerang siapa saja tanpa pandang bulu.
“Memang virus Corona ini tidak pandang bulu. Dari berita semua orang bisa kena dari yang miskin, yang kaya, orang besar dan kecil, serta dokter pun bisa kena. Ini yang membuat saya semakin cemas,” tuturnya.
Tidak banyak yang dilakukan, namun ia terus berupaya demi kesembuhan. Komunikasi dengan keluarga hanya bisa dilakukan lewat media sosial. Muhyiddin pun mengonsumsi sari tebu produk olahan petani tebu di Kudus. Selain itu, ia diberi makanan, buah-buahan, sampai air zam-zam oleh petugas karantina.
“Kalau saya mantapnya usaha karena minum sari tebu dari Kudus. Itu karena resep dari adik saya. Selain itu air zam-zam. Tubuh saya terasa segar. Sari tebu saya minum tiga kali sehari, kalau air zam-zam dua kali,” tuturnya.
Menurut Muhyiddin, karantina yang dijalani hanya selama delapan hari. Setelah dilakukan tes ulang, sudah dinyatakan negatif.
“Hanya delapan hari saya dikarantina. Setelah dites sudah negatif,” imbuhnya.
Muhyiddin tidak tahu persis tertular dari siapa dan di mana. Dugaannya, karena sempat menerima banyak tamu untuk audiensi di ruangannya yang relatif terbatas. Selain itu, ia suka berbelanja di minimarket.
“Mungkin bisa lewat uang kembalian,” ungkapnya.
Dari pengalaman itu, Muhyiddin berpesan kepada masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan.
“Saya sudah mematuhi protokol kesehatan, tapi setelah kena saya nambah ketat lagi,” kata dia.
Muhyiddin juga mengutip Al Quran yang menerangkan, sudah menjadi kewajiban setiap orang untuk menjaga diri dari tindakan yang membahayakan.
“Sesuai Surat Al Baqarah ayat 195 dan dikuatkan qoidah fiqhiyah laa dharara wala dhirara, yakni jangan berbuat yang membahayakan diri sendiri dan orang lain. Jadi mentaati protokol kesehatan wajib terutama bagi umat Islam,” tegasnya.
Selain itu, ia juga menyampaikan kepada ulama untuk dapat bersinergi dengan pemerintah dan ahli kesehatan dalam menentukan hukum terkait Covid-19.
“Saya mengajak umat Islam, tokoh, kiai hendaknya tidak berpikir sendiri seolah ijtihad, karena bukan bidangnya. Kita cukup ber-madzhab kepada ilmuan bidang virus dan penyakit,” pintanya. Satria Utama