JOGJA-Di bawah bendera Merah Putih yang berkibar tegak di pinggir pantai Goa Cemara,Bantul, Yogyakarta puluhan orang berjajar rapi. Tua, muda, anak muda terlihat bersemangat. Dengan mengenakan masker, serta penuh kehati-hatian, terlihat di tangan mereka masing-masing seekor tukik, anak penyu. Tukik kecil ini hitam pekat, menggeliat seolah ingin segera lepas menuju lautan luas.
Tak menunggu lama, aba-aba untuk melepas tukik ke hamparan pantai terdengar. Bergegas tukik-tukik itu mereka taruh di pasir dan begitu gembiranya puluhan tukik itu menuju gelombang air. Bak menyaksikan tukik sedang balapan. Sorak sorai pun terdengar memberi dukungan agar tukik-tukik tersebut segera menyentuh air pantai.
“Ayo Min, ayo Sar ” Ternyata tak sedikit yang memberi nama pada tukik -tukik yang baru saja dilepas tersebut.
Pemandangan Senin (17/08/2020) sore ini adalah kegiatan yang digelar oleh Kelompok Konservasi Penyu Mino Raharjo Pantai Goa Cemara. Sebelumnya, Minggu kemarin juga sudah dilakukan kegiatan yang sama.
Melalui tajuk Release Tukik Musim Migrasi 2020 Spesial Kemerdekaan, masyarakat umum terbuka untuk berpartisipasi dalam pelepasan tersebut. Kesempatan yang sangat berharga, setidaknya hal ini diakui Alfahri Ryanda, mahasiswa salah satu perguruan negeri di Yogyakarta. Bahkan bersama rombongan temannya, Alfahri rela mendaftarkan diri jauh-jauh hari untuk ikut dalam release tukik itu.
“Saya dari Gunungkidul baru saja, langsung ke pantai Goa Cemara ini. Jauh-jauh ke sini, tapi senang. Memang penyu ini langka, dan harus ada upaya pelestarian. Di sini juga ada kegiatan konservasi, saya jadi tahu tentang seluk beluk penyu, termasuk anaknya yang harus dilepas ini, “ujarnya.
Pantai Goa Cemara merupakan satu dari 4 titik lokasi konservasi penyu. Jumlah pada musim migrasi atau bertelur ini ada 69 sarang, dan kalau menetas kurang lebih 6.000 tukik.
Biasanya pada bulan Mei-September, penyu dewasa akan migrasi dan naik ke daratan untuk bertelur. Menurut Suratijo, Ketua Pokdarwis Goa Cemara, Bantul, Yogyakarta, penyu-penyu itu akan menggali dan menyimpan telur-telurnya dalam pasir sebagai sarangnya. Hanya saja bahaya sering mengintai telur-telur tersebut, padahal jumlahnya bisa sangat banyak.
“Telur-telur yang disimpan di pantai itu sangat bahaya karena ada predator yang mengawasi, entah anjing, kucing, tikus termasuk predator di laut,”terangnya kepada Joglosemarnews,com.
Melihat riskannya keadaan tersebut, menggungah para relawan untuk melakukan penyelamatan, salah satunya dilakukan oleh Kelompok Konservasi Penyu Mino Raharjo Pantai Goa Cemara. Jadi telur-telur itu, diambil, diselamatkan dan dibawa ke balai konservasi.
“Di balai konservasi, telur-telur tersebut akan dieramkan sesuai habitat aslinya. Menggunakan pasir pantai juga. Kurang lebih sekitar 50 hari di sana, terus menetas.”tukasnya.
Seminggu sesudah telur menetas, dan tukik kecil keluar, selanjutnya proses pelepasan tukik kembali ke habitat aslinya dilakukan. Kegiatan inilah yang dilakukan dalam release tukik tersebut.
“Dua hari dalam Release Tukik, sambut Kemerdekaan ini ada hampir 150 tukik yang dilepaskan. Kami mengajak berbagai lapisan masyarakat untuk berperan serta, “pungkasnya. Kiki Dian