Beranda Daerah Sragen Cerita Sukses Kuliner Ayam Geprek Sragen, Dulu Hanya Dijual Grobakan, Lalu Meledak...

Cerita Sukses Kuliner Ayam Geprek Sragen, Dulu Hanya Dijual Grobakan, Lalu Meledak dan Kini Makin Beranak Pinak. Punya 37 Cabang Outlet di Jateng dan Jatim Setelah 10 Tahun Berjalan

Peringatan satu dasawarsa Ayam Geprek Sako Sragen, Rabu (30/9/2020). Foto/Wardoyo

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Siapa tak kenal dengan Rumah Makan Ayam Geprek Sako (sambal korek) Sragen. Rumah makan dengan menu andalan ayam goreng dan sambal korek khas itu kini ternyata sudah berumur 10 tahun.

Dalam perjalanan satu dasawarsa, Ayam Geprek Sako ternyata sudah berkembang pesat. Sejak dirintis tahun 2010 dan kemudian meledak menjadi primadona, kini rumah makan itu sudah punya 37 outlet cabang di Jateng dan Jatim.

Hal itu terungkap saat digelar peringatan satu dasawarsa Ayam Geprek Sako di outlet pusat di Canthel, Sragen, Rabu (30/9/2020).

Salah satu perintis dan owner Ayam Geprek Sako, Dodok Sartono mengaku sangat bersyukur selama 10 tahun berdiri, Ayam Geprek yang dikelolanya bersama manajemen, bisa tumbuh dan berkembang cukup pesat.

Menurutnya, hal itu tak lepas dari dukungan dan sinergitas semua pihak yang selama ini banyak mensupport. Dodok juga tak lupa menyebut kesuksesan yang diraih salah satunya berkat peran teman-teman media yang mensupport pemberitaan di awal-awal perintisan Ayam Geprek, 10 tahun silam.

“Kami masih ingat, di awal-awal merintis banyak disupport wartawan. Kini di usia 10 tahun kami kembali mengundang wartawan dan ingin bersinergi dengan semua pihak. Kami ingin Ayam Geprek ini tidak hanya sekadar bisnis jualan ayam. Tapi bagaimana konsep bisnis ini punya efek ekonomi yang semakin besar,” paparnya saat jumpa pers, Rabu (30/9/2020).

Baca Juga :  Radio Buana Asri Sragen Raih Predikat Terbaik se-Jawa Tengah, Bukti Dedikasi Tiada Henti Kepada Pendengar Setia!

Dodok pun menceritakan kesuksesan Ayam Geprek hingga bisa eksis dan makin berkembang ini, diraih dengan perjalanan panjang.

Ia masih ingat betul ketika awal usaha Ayam Gepreknya dirintis dengan jualan menggunakan grobag dan mangkal di belakang Pos Lantas Sragen Kota.

Namun perlahan tapi pasti, menu Ayam Geprek racikannya mulai berkembang dan meledak di pasaran. Hingga kemudian muncul gagasan merintis warung makan Ayam Geprek Sako di akhir 2010 tepatnya di 30 September.

“Semua berubah ketika saya bertemu dengan rekan bisnis saya sekaligus teman waktu di Ponpes Muhammadiyah, Pak Kusnadi ini. Berkat bimbingannya dan ilmu marketing langit, setelah grobakan kecil, setahun kemudian Alhamdulillah bisa ngontrak tanah sebelah ini (warung makan Geprek) sampai kemudian bisa membangun ini,” tuturnya.

Pria yang pernah menjadi komisioner KPU Sragen itu menguraikan saat ini Ayam Geprek Sako sudah memiliki 37 cabang tersebar di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Outlet pusat Ayam Geprek Sako di Canthel Sragen. Foto/Wardoyo

Bahkan pihaknya bersama tim manajemen mulai mengembangkan sayap dengan menjalin kemitraan di sektor peternakan ayam.

“Kita mulai melakukan pembinaan ke peternak ayam. Sudah ada beberapa kelompok di Mondokan. Jadi mereka beternak, ayamnya kita tampung untuk dijual di outlet-outlet kita,” terangnya.

Selama 10 tahun, Dodok menyebut Ayam Geprek telah mempekerjakan 300 karyawan tersebar di 37 outlet. Menurutnya di masa pandemi, semua masih dipekerjakan karena manajemen berusaha untuk tidak mem-PHK dan memilih efisiensi melalui pengurangan jam kerja.

Baca Juga :  Pemberian Ganti Kerugian dan Pelepasan Hak Objek Pengadaan Tanah Jalan Tol Trans Jawa, 3 Desa Terima Ganti Kerugian

Sementara, Kusnadi juga mengaku bersyukur bisnis Ayam Geprek sudah berkembang hingga merambah Ayam Pakuan dan Moci. Ia juga berterimakasih kepada media massa yang membantu hingga bisa meraih seperti saat ini.

“Kalau bicara Geprek Grup, ruh bisnisnya untuk bisa bertahan itu ada dua hal. Yakni secara rasional dan emosional.  Secara rasional Geprek grup ini selalu menyiapkan produk yang berkualitas sehingga halal dan kandungan proteinnya terjaga. Secara emosional selalu berusaha memberi kemanfaatan terhadap umat seperti memberi zakat Rp 1 miliar hingga Rp 3 miliar, mendirikan klinik gratis, ambulans hingga membangun sekolah dai muhammadiyah,” tandasnya. Wardoyo