WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM — Kebijakan KPU menggabung tempat pemungutan suara (TPS) membuat munculnya kekhawatiran menurunnya minat pemilih untuk memberikan suaranya pada pilkada 9 Desember 2020.
Pasalnya, ada sejumlah TPS ketika digabung justru menjadi semakin jauh jaraknya dengan domisili pemilih. Kondisi itulah, jarak yang jauh, yang akhirnya memunculkan kekhawatiran pemilih akan enggan datang ke TPS.
Untuk diketahui KPU menetetapkan, jumlah TPS pada Pilkada Wonogiri 2020 sebanyak 2.023 tempat. Ketua Tim Pemenangan Koalisi Wonogiri Sukses, Joko Sutopo-Setyo Sukarno alias Josss, Sriyono, mengatakan ada beberapa lokasi TPS yang digabung jika dibandingkan pada momentum pemilu sebelumnya.
Penggabungan ini mengakibatkan jarak TPS dengan beberapa rumah pemilih menjadi terlalu jauh. Sehingga dikhawatirkan bisa menurunkan tingkat partisipasi pemilih.
“Dari laporan yang kami terima ini terjadi di beberapa kecamatan seperti Bulukerto, Puhpelem, dan Ngadirojo,” kata dia, Jumat (18/9/2020).
Menurut dia, ketika sebuah dusun yang jumlah pemilihnya banyak dijadikan satu TPS atau memiliki TPS sendiri akan terjadi ketimpangan pemilih di antara TPS. Namun partisipasi pemilih bisa lebih tinggi.
“Kami lebih berorientasi pada mutu dan goal demokrasi. Masyarakat yang menggunakan hak pilihnya tinggi,” beber dia.
Dia mengatakan, temuan itu belum dilaporkan kepada KPU. Keputusan terkait jumlah TPS nantinya tetap di tangan KPU. Tapi dia menerangkan, pihaknya bakal melakukan edukasi kepada masyarakat agar partisipasi pada pilkada bisa optimal.
Terpisah Ketua KPU Wonogiri, Toto Sihsetyo Adi, menyebutkan jumlah TPS menjadi 2.023 tempat. Saat pilgub, jumlah TPS sebanyak 2.030-an tempat.
Terkait potensi menurunnya pemilih lantaran jarak TPS terlalu jauh, menurut Toto, perlu disikapi dengan pendidikan politik. Prinsipnya pemilih bisa memberikan suaranya dan hal itu dilakukan semua pihak. Aria