Beranda Wisata Piknik Objek Wisata Watu Amben Berpotensi untuk Pengembangan Wisata Edukasi, Diyakini sebagai Cikal...

Objek Wisata Watu Amben Berpotensi untuk Pengembangan Wisata Edukasi, Diyakini sebagai Cikal Bakal Desa Waru

Objek wisata Watu Amben di wilayah Desa Waru, Kecamatan Jepon Kabupaten Blora. Istimewa

BLORA, JOGLOSEMARNEWS.COM — Objek wisata Watu Amben berpotensi menjadi salah satu destinasi wisata edukasi di Kabupaten Blora. Objek wisata yang terletak di wilayah Desa Waru, Kecamatan Jepon Kabupaten Blora ini juga memiliki potensi alam untuk dikembangkan sebagai wisata hiburan berbasis kearifan lokal.

Watu Amben sendiri telah dipercaya sebagai lokasi cikal bakal (awal) adanya desa Waru. Watu Amben adalah batu hitam berukuran besar dengan panjang lebih kurang 10 meter. Bentuk atasnya datar menyerupai amben (tempat istirahat) pada jaman dahulu. Terletak di tengah pemukiman warga, di bawah pohon beringin. Atau tepatnya, berada di depan basecamp menuju puncak gunung Mundri.

“Watu Amben ini sudah ada sejak lama. Dipercaya sebagai cikal bakal desa Waru. Dikenal sebagai tempatnya Mbah Tuan,” kata Soleman, mantan Sekretaris Desa Waru, belum lama ini.

Berdasarkan tradisi masyarakat, kata dia, setiap bulan Selo (Jawa) hari Jumat Wage, di lokasi Watu Amben diselenggarakan sedekah bucu. Yakni, kenduri bersama dengan tumpeng nasi bucu. Tujuannya memohon kepada Tuhan, agar diberi keselamatan dan kemudahan rejeki.

“Setiap bulan Selo (Jawa) hari Jumat Wage, di lokasi Watu Amben diselenggarakan sedekah bucu oleh warga masyarakat. Ini tradisi warga. Sedekah bucu ini berbeda dengan sedekah bumi. Kalau sedekah bumi dipusatkan di sendang Keputren,” terangnya.

Konon, menurut Soleman, di lokasi Watu Amben juga kerap didatangi orang yang melakukan hajat setelah permintaan (secara ritual) terlaksana.

“Ada yang datang ke Watu Amben, melakukan doa, memohon kesembuhan karena sakit berkepanjangan. Mereka berucap, kalau sembuh dari sakit akan melaksanakan hajatan di Watu Amben. Itu terbukti dilakukan orang, jadi seperti nadar begitu,” tambahnya.

Baca Juga :  JSIT Indonesia Gelar Diklat Penguatan SDM Sekolah di Jawa Tengah

Dahulu lokasi Watu Amben dikenal mistis karena kerap didengar suara bianatang seperti ringkik kuda. Tidak sembarang orang berani masuk atau mendekat di lokasi tanpa didampingi perangkat desa atau orang yang dituakan. Hal itu selain di bawah pohon beringin dan rimbunnya pepohonan lainnya juga rawan dengan binatang liar seperti ular dan babi hutan.

“Dahulu memang ada pohon ringin besar, tapi ditebang karena sudah lapuk. Di tengah batang pohonnya berongga atau keropos. Bahkan sering saya pakai tempat sembunyi dan berteduh dengan teman waktu itu,” kata Soleman.

Untuk menggantikan pohon yang terdahulu, ditanami pohon dengan jenis yang sama dan sekarang sudah tumbuh besar. Dikatakannya, dahulu di Watu Amben, nampak ada seperti jejak telapak tangan dan kaki, karena tempat itu juga dipercaya sebagai lokasi pasujudan wali.

“Ditengarai memang ada jejak telapak, dipercaya itu telapak Wali. Tapi jejak telapak itu sepertinya sudah tidak kelihatan karena tergerus cuaca atau air hujan,” jelasnya.

Seiring perkembangan jaman, pemerintah desa setempat terus berbenah untuk mewujudkan Watu Amben sebagai tempat yang aman dan nyaman dikunjungi wisatawan.
Lambat laun, kesan mistis itu pudar. Bahkan di lokasi sekitar Watu Amben telah dibangun jalan paving dengan alokasi anggaran dana desa tahun 2019.

Pada salah satu sisi Watu Amben, ditempel prasasti program pembangunan masyarakat desa kabupaten Blora yang ditandatangani oleh Kepala Desa Waru, Soyo.
Watu Amben pun menjadi tempat yang representative, tidak hanya untuk acara tradisi, tetapi juga kekinian untuk latar foto dokumentasi diri dan kajian arkeologi sehingga keberadaannya tetap terjaga.

Baca Juga :  Kuasa Hukum Korban Desak Pencopotan Kapolrestabes Semarang dalam Kasus Penembakan 3 Siswa

“Watu Amben memang unik dan menjadi saksi sejarah yang menjadi pemantik untuk menggali cerita tutur dan menikmati pesona alam di desa Waru sehingga akan terus dikembangkan,” kata Soyo, Kades Waru.

Menurut dia, karang taruna desa setempat didorong untuk mewujudkan dan mengelola potensi desa sebagai destinasi wisata dan pelestarian alam setempat.

“Watu Amben adalah salah satu ikon Desa Waru. Selain itu yang menjadi andalan adalah pesona puncak gunung Mundri. Mundr mulai ramai dikunjungi wisatawan. Semua dikelola oleh pemuda dan karang taruna. Kita mendukung sepenuhnya,” terang dia. Satria Utama