SEMARANG, JOGLOSEMARNEWS.COM – Sebanyak 34 dalang yang tergabung dalam Persatuan Pedalangan Indonesia Kabupaten Semarang (Pepadi) melakukan pentas wayang secara virtual.
Pentas yang masing-masing berjalan sekitar dua jam itu, berlangsung selama 30 hari, dan berlangsung di 19 kecamatan yang ada di Kabupaten Semarang.
Pamong budaya Kabupaten Semarang, Bramantyo mengatakan, pementasan wayang virtual tersebut mengusung tema Wayang Ruwat Serasi (Waras).
“Pentas ini sebagai wadah baru bagi para dalang untuk memperkenalkan bahwa Kabupaten Semarang kaya akan dalang, dan tidak kalah bersaing dengan daerah lain,” ujar Bramantyo, yang sekaligus sebagai Ketua acara Wayang Ruwat Serasi, kepada Joglosemarnews.
Dia mengatakan, pementasan wayang virtual itu sebagai wujud kepedulian pemerintah Kabupaten Semarang terhadap seniman-seniman wayang yang terdampak pandemi Covid-19.
Selain sebagai menjadi wadah bagi para dalang, ujar Bram, sapaan akrabnya, pentas tersebut juga sebagai obat jenuh bagi masyarakat yang selama pandemi tidak bisa merasakan hiburan.
Terlebih, ujar Bram, setiap tahunnya Pemerintah Kabupaten Semarang selalu menganggarkan untuk pentas wayang dengan menggandeng pamong budaya.
“Karena sekarang lagi pandemi, maka yang kita lakukan ya pentas secara virtual,” ujarnya.
Pertunjukan tersebut disiarkan secara langsung di channel youtube Portal Seni Serasi.
Pada acara terakhir yang diadakan di Desa Jetak, Kecamatan Getasan, menghadirkan dalang muda yang masih berusia 21 tahun, yakni Ki Wahyu yang membawakan judul Melepas Gelap yang bermakna penghapusan virus Corona dari muka bumi.
“Menurut saya acara ini sangat bermanfaat terutama bagi saya dan dalang lainya juga. Kita sudah gerah lama tidak bermain wayang jadi dari inilah kita tersalurkan lagi,” ujar Ki Wahyu kepada Joglosemarnews.
Menurut Ki Wahyu, acara itu bukti perhatian dari pemerintah terhadap para dalang, serta para masyarakat. Kita membawakan bertema pandemi agar pandemi ini bisa hilang dari muka bumi.
Selain itu tema dari pertunjukan itu sendiri adalah sebagai doa selamat untuk Indonesia yang sedang ditimpa musibah. Sarana berdoa agar pandemi selesai, orang Jawa percaya bahwa tradisi ruwat ini bisa sabagai sarana permohonan untuk dihilangkannya segala hal buruk.
Tentu pertunjukan virtual ini masih menggunakan dan mengikuti protokol yang diterapkan pemerintah. Untuk kendala sendiri menurut Bram adanya beberapa orang yang tidak setuju dengan acara ini karena adanya pandemi.
“Ya Alhamdulilah acara teteap berjalan lancar, asal mengikuti aturan kita tetap bisa maju kok” ujar Bram kepada Joglosemar News. wandani – lupita