SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Harapan besar untuk terbukanya lapangan kerja dari investor pabrik sepatu asal Korea Selatan di Sragen akhirnya kandas sudah.
Sang investor dengan investasi Rp 1,8 trilyun itu dikabarkan sudah menyerah dan memilih angkat kaki dari Sragen.
Rumitnya pembebasan lahan dan penolakan dari sebagian warga untuk menjual lahannya, menjadi kendala yang akhirnya membuat investor memutuskan angkat tangan.
Rencana investasi pabrik sepatu yang diproyeksikan menyerap 3.000 tenaga kerj itu sedianya mengincar tiga lokasi.
Pertama di Desa Sambungmacan Kecamatan Sambungmacan yang disambut baik warga dan Pemdes, namun terganjal sebagian lahan ternyata milik kas desa.
Kemudian sang investor membidik lahan di Desa Cepoko Kecamatan Sumberlawang. Ketika hampir finish, sebagian warga pemilik lahan menolak menjual dengan alasan mempertahankan warisan dan lahan yang dibidik lahan produktif.
Gagal di dua lokasi awal, investor masih mencoba peruntungan dengan menggeser lokasi di sebelah Cepoko yakni di Desa Bonagung, Tanon. Lagi-lagi, pembebasan lahan milik warga bermasalah bahkan memicu konflik memanas dan berkepanjangan antara warga dan Pemdes.
Karena sudah hampir enam bulan lebih tanpa ada kepastian, akhirnya sang investor memutuskan menghapus target Sragen dan berpindah ke Vietnam.
Kepastian itu disampaikan Kepala Dinas Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP)
Sragen, Tugiyono.
Ia memastikan investor pabrik sepatu asal negeri ginseng itu batal menanamkan modalnya di Sragen. Kabar terakhir yang diterimanya, sang investor tersebut mengalihkan investasinya ke Vietnam.
”Karena di Vietnam semua lahan tidak ada yang hak milik. Semua milik
negara. Ya apa mau dikata,” paparnya Selasa (6/10/2020).
Dia menyampaikan sebenarnya jika sepakat sebenarnya bisa meningkatkan taraf ekonomi warga sekitar. Sebab Sumberlawang termasuk kawasan industri sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 1 tahun 2020 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).
Kemudian investasi yang akan ditanamkan dengan membangun pabrik sepatu itu bakal menyerap 3.000 tenaga kerja.
“Investor juga siap memberikan lahan untuk pasar rakyat untuk UMKM seluas satu hektare. Selain itu warga sekitar yang menjual tanahnya bisa bekerja di pabrik tersebut,” terangnya.
Tugiyono menyampaikan ketika gagal di dua wilayah yakni Sumberlawang dan Tanon, sebenarnya Pemkab sudah mengusulkan agar mengarahkan ke wilayah Sambungmacan.
Namun dari pihak investor bersikeras di wilayah Sumberlawang. Padahal di Sambungmacan hanya pembebasan tanah kas desa.
Jika tanah negara tentunya akan lebih banyak membantu untuk investor.
”Kalau menurut saya salah perhitungan, jika pertimbangan tanah kas desa
kahwatir ruwet. Tapi disana (Sumberlawang dan Tanon) yang dihadapi masyarakat. Kalau urus tukar guling kas desa maksimal 6 bulan, kalau menghadapi masyarakat jauh lebih repot,” tukasnya.
Pihaknya menyayangkan pabrik
sepatu itu mengalihkan investasinya. Meski begitu, Pemkab juga tak bisa berbuat banyak lantaran kewenangan membebaskan lahan di Sumberlawang dan Tanon memang ada di warga.
Senada, Sekda Sragen, Tatag Prabawanto juga menyesalkan hengkangnya investor potensial itu dari Sragen.
Sebab selain pabrik itu non limbah berbahaya, potensi penyerapan tenaga kerjanya cukup tinggi karena bisa menyerap 3.000 tenaga kerja.
“Ya sangat disayangkan. Sebenarnya bisa bermanfaat menyediakan lowongan kerja sebanyak 3.000 orang. Lalu investor juga sanggup membuatkan fasum fasos seperti pasar dan lain-lain. Tapi ya sudah, warga sudah memilih demikian,” tukasnya. Wardoyo