JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah

Korban Gempa Majene Capai 34 Jiwa, BMKG Sebut Masih Ada Potensi Gempa Susulan. Warga Diimbau Tenang dan Jauhi Pantai serta Bangunan Tinggi

gempa
Ilustrasi gempa. Foto: pixabay.com
   

MAJENE, JOGLOSEMARNEWS.COM Gempa bermagnitudo 6,2 mengguncang wilayah Majene, Sulawesi Barat, pada Jumat (15/1/2021) dini hari tadi sekira pukul 02.28 WITA. Korban jiwa akibat bencana tersebut terus bertambah.

Informasi terkini dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut korban meninggal akibat gempa dini hari tadi telah mencapai setidaknya 34 jiwa.

“Pukul 14.00 WIB, korban meninggal dunia akibat gempa magnitudo 6,2 sebanyak 34 orang, dengan rincian 26 orang meninggal dunia di Kabupaten Mamuju dan 8 orang di Kabupaten Majane,” kata Kepala Pusdalops BNPB, Raditya Jati dalam keterangan tertulisnya.

Sejumlah bangunan juga dilaporkan mengalami kerusakan parah bahkan roboh, termasuk salah satunya gedung kantor Gubernur Sulbar. Selain itu, jaringan listrik juga dilaporkan masih padam dan komunikasi selular belum stabil di lokasi terdampak gempa.

Lokasi pengungsian, di Kabupaten Majene didirikan di 10 titik, yakni Desa Kota Tinggi, Desa Lombong, Desa Kayu Angin, Desa Petabean, Desa Deking, Desa Mekata, Desa Kabiraan, Desa Lakkading, Desa Lembang, Desa Limbua yang terdapat di Kecamatan Ulumanda, Kecamatan Malunda, serta Kecamatan Sendana.

Baca Juga :  Terood Putus, Bus Eka Pun Gasak Pohon Hingga Tumbang di Nganjuk

Sementara di Kabupaten Mamuju terdapat lima titik pengungsian yang disiapkan di Kecamatan Mamuju dan Kecamatan Simboro.

Terpisah, Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut tidak menutup kemungkinan akan adanya potensi terjadinya gempa susulan yang berkekuatan sama atau bahkan lebih kuat.

“Bisa mencapai kekuatan yang seperti tadi sudah terjadi 6,2 atau sedikit lebih tinggi lagi,” ujar Dwikorita dalam konferensi pers, Jumat (15/1/2021).

Ia menambahkan, jika gempa susulan berpusat di pantai bisa berpotensi menimbulkan gelombang tsunami. Bahkan, bisa juga menimubulkan longsor bawah laut seperti yang terjadi di Palu pada 2018 lalu. Hal itu lantaran kondisi batuan di wilayah tersebut sudah diguncang hingga 28 kali.

Baca Juga :  Usai Laporkan Dugaan Perselingkuhan Suami, Isteri TNI Ini Malah Jadi Tersangka, Begini Penjelasan Polda Bali

“Karena kondisi batuan digoncang dua kali bahkan 28 kali, sudah rapuh dan pusat gempa ada di pantai. Itu memungkinkan untuk terjadinya longsor ke dalam laut atau longsor bawah laut,” ujarnya.

Meski masih ada potensi gempa susulan, kata Dwikorita, masyarakat diimbau agar tetap tenang dan disarankan untuk sementara menjauhi wilayah yang dikelilingi bangunan.

Selain itu, masyarakat juga diminta untuk menjauhi pantai dengan segera tanpa menunggu peringatan dini tsunami. Selain itu, ia juga meminta agar jalur evakuasi bagi warga segera disiapkan.

Hal yang terpenting, lanjut Dwikorita, adalah bahwa masyarakat mengetahui apa yang harus dilakukan ketika gempa susulan terjadi.

“Masyarakat juga kami imbau untuk tetap tenang, yang penting sudah tahu apa yang dilakukan, mulai disiapkan juga jalur evakuasi. Yang berada di pantai siapkan evakuasi ke tempat yang lebih tinggi,” ujarnya. Liputan 6

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com