KARANGANYAR, JOGLOSEMARNEWS.COM – Sungguh mulia dan pantas untuk ditiru, kemuliaan warga Dusun Palur RT 06/03 Desa Ngringo, Jaten, Karanganyar ini.
Mereka dengan suka rela bergotong royong memelihara Supadmi (71), janda sebatangkara, penyandang disabilitas buta dan tuli, tak punya tempat tinggal layak, sulit berjalan dan baru saja ditinggal mati suaminya.
Bupati Karanganyar, Juliyatmono beserta dinas terkait juga sudah memberikan bantuan pada Supadmi. Namun hal itu tidak menyurutkan niat masyarkat sekitar untuk ikut membantu Supadmi.
Soal kebutuhan makan memang sudah tercukupi berkat bantuan berbagai pihak. Namun yang menjadi masalah, siapa yang bersedia merawat Supadmi setiap harinya, setelah suaminya Janto (76) meninggal dunia pekan lalu.
Apalagi, Supadmi memiliki keterbatasan fisik yakni buta, tuli dan sulit berjalan dan hidup sebatangkara tanpa memiliki rumah dan hanya tinggal disebuah bedeng kumuh diapit dua bak sampah Pasar Palur.
Suprapto (50) alias Koting, tokoh masyarat Desa Ngringo menyatakan masyarakat Dusun Palur sudah merehab bedeng kumuh disulap menjadi kamar layak huni.
“Hari ini tadi warga Palur serentak gotong royong merehab bedeng kumuh menjadi layak huni,” tandasnya.
Adapun biaya rehab fisik rumah bedeng tersebut berasal dari berbagai sumber, baik swadaya warga, kas dusun serta memanfaatkan bantuan dari Bupati serta bantuan Dinas Sosial.
“Warga Palur mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bupati Karanganyar Juliyatmono, Dinas Sosial, Dinas Perdagangan serta semua pihak yang tidak bisa kami sebut satu persatu,” ujar Prapto Koting.
Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Dinsos Karanganyar Waluyo Dwi Basuki mengatakan sebenarnya Supadmi sudah dinyatakan sembuh dari RS Moewardi Solo, namun karena warga Palur siap merawat bersama maka Jumat esok dari rumah sakit akan diserahkan pada warga.
“Meski nanti statusnya yang merawat warga namun untuk kebutuhan lainnya Pemkab Karanganyar selalu memantau dan memberikan bantuan pada Supadmi,” tandas Basuki.
Dijadwalkan Jumat (29/01) Supadmi bisa keluar dari rumah sakit dan dibawa ke bedeng tersebut.
Pasalnya, Supadmi ngotot tidak mau pergi dari bedeng itu hingga matinya karena sudah tinggal di bedeng itu bersama almarhum suaminya sekitar 30 tahun lalu saat suaminya bekerja sebagai tukang sapu pasar hingga akhirnya berhenti dan menjadi pemulung.
“Untuk kasur sembako dan sejumlah uang sehingga Supadmi bisa tercukupi,” ujarnya. Beni Indra