KARANGANYAR, JOGLOSEMARNEWS.COM – Pangeran Sambernyawa atau KGPAA Mangkunegara I, dikenal sebagai seorang pembelajar yang disiplin. Selama perjuangannya melawan penjajah dan kroninya, ia tekun bertapa di tempat-tempat tertentu.
Petilasan yang ada di Tlaba Ledok, Karanganyar ini merupakan salah satu tempat yang digunakan Pangeran Sambernyawa bersamadi. Petilasan itu tepatnya berada di Dusun Tlabaledok, Kecamatan Jatiyoso, Karanganyar.
Ada dua petilasan Pangeran Sambernyawa di tempat itu, yakni sebuah tempat yang dinamakan Pasanggrahan, serta sebuah petilasan berbentuk batu alam yang disebut dengan Batu Pasiraman.
Petilasan Pasanggrahan berupa bangunan yang kini sudah berubah menjadi bangunan baru dari tembok seluas sekitar 4 x 6 meter.
Di samping bangunan tersebut, berdiri sebuah pohon beringin tua yang diameter batangnya cukup besar. Pohon tersebut diberi pagar bambu melingkar dan masih dikeramatkan sampai sekarang.
Paino, penjaga petilasan tersebut pernah mengatakan, pohon beringin tersebut dulunya digunakan sebagai tempat untuk menambatkan kuda milik Pangeran Sambernyawa, ketika dirinya sedang melakukan samadi di tempat itu.
Sedangkan petilasan kedua yakni berupa Batu Pasiraman yang terletak beberapa ratus meter dari pasanggrahan, tepatnya di tepi Sungai Jlantah.
Batu pasiraman konon merupakan tempat samadi bagi Pangeran Sambernyawa. Wujudnya berupa batu andesit yang besar, masih alami dan bentuknya tidak beraturan. Namun di atasnya terdapat dua buah cekungan.
“Cekungan itulah yang dipercaya bekas tempat duduk Pangeran Sambernyawa,” ujar Paino suatu ketika kepada penulis.
Baik batu pasiraman maupun pasanggrahan, sampai sekarang masih dikeramatkan oleh penduduk setempat. Masih banyak orang yang datang ke tempat itu untuk berziarah dan mengajukan berbagai permohonan.
Petilasan Pangeran Sambernyawa di Tlaba Ledok Jatiyoso ini berjarak sekitar 47 km di sebelah tenggara dari Kota Solo. Jarak tersebut dapat ditempuh dalam waktu sekitar 1 jam 22 menit.
Bagi penduduk Jatiyoso, nama petilasan Pangeran Sambernyawa masih dikenal dengan baik. Terlebih bagi warga yang berusia dewasa atau orang- orang tua.
Terbukti, ketika penulis bertanya mengenai petilasan tersebut, rata-rata dari mereka sudah mahfum dan mampu menunjukkan lokasinya dengan tepat.
Menurut cerita Sang Juru Kunci, dulu Pangeran Sambernyawa pernah melakukan samadi di batu Pasiraman tersebut selama tujuh hari tujuh malam.
Saat bersamadi itulah, Pangeran Sambernyawa mendapat wangsit atau petunjuk untuk berjalan ke arah utara. Sebab di sanalah dia akan mendapatkan cahaya terang dalam mewujudkan cita-citanya.
Sampai sekarang, batu bekas tempat duduk Pangeran Sambernyawa itu masih utuh dan dilestarikan oleh penduduk setempat.
Paino mengatakan bahwa cerita tentang perjuangan Pangeran Sambernyawa di daerah Tlaba masih berkembang di kalangan warga. Pada hari-hari tertentu, di atas batu besar tersebut masih sering dipakai untuk tirakat oleh masyarakat.
Nama Tlaba Ledok berasal dari lokasinya yang berada di sebuah ledokan, yakni di tepi sebuah sungai.
Dalam cerita Babad, Pangeran Sambernyawa pernah menanam sabut kelapa di wilayah ini. Pada saat itu Pangeran Sambernyawa mengatakan, kalau perjuangannya kelak berhasil, maka sabut kelapa itu akan tumbuh menjadi pohon kelapa.
Dan ternyata kemudian sabut kelapa itu tumbuh menjadi dua buah pohon kelapa, yang disebut dengan kelapa Kendit Jene.
Cerita itu masih berkembang dan diketahui masyarakat hingga sekarang, namun sebenarnya pohon kelapa tersebut tidak bisa dilihat secara kasat mata.
Menurut cerita Paino, hanya orang-orang yang permohonannya bakal terkabul saja lah yang dapat menyaksikan dua batang pohon kelapa tersebut.
Menurut cerita dari orang-orang yang pernah melihatnya, sebagaimana diungkapkan Paino, pohon kelapa itu berada di sekitar pohon beringin tua itu berada. Suhamdani
Disarikan dari Babad Panambangan dan wawancara