SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Kasus bunuh diri di Sragen terbilang cukup memprihatinkan. Selama kurun setahun terakhir 2020 hingga dua bulan awal 2021 ini, tercatat sudah 36 warga Bumi Sukowati memutuskan mengakhiri hidupnya secara harakiri atau bunuh diri.
Ironisnya lagi, mayoritas kasus bunuh diri itu dilakukan dengan gantung diri dan nyebut ke sungai atau terjun dari jembatan.
Motif kesulitan ekonomi dan depresi akibat sakit berkepanjangan menjadi faktor paling dominan yang melatarbelakangi aksi bunuh diri tersebut.
Fakta itu terungkap dari hasil analisa dan evaluasi (Anev) kasus tahunan yang terekam di Polres Sragen tahun 2020 dan awal 2021.
Berdasarkan paparan Anev 2020 yang disampaikan Humas Polres Sragen, sepanjang tahun 2020 tercatat ada 32 kasus bunuh diri terjadi di Bumi Sukowati.
Kemudian selama kurun Januari-Februari 2021 ini, sudah ada empat warga Sragen yang kembali mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri.
“Mayoritas karena depresi sakit menahun tak kunjung sembuh. Ada pula yang karena faktor ekonomi dan permasalahan lain. Dari modusnya rata-rata gantung diri, tapi sebagian juga ada yang terjun ke sungai,” papar Kasubag Humas Polres Sragen, AKP Suwarso mewakili Kapolres AKBP Yuswanto Ardi, Rabu (24/2/2021).
Pada 2020, yang menjadi sorotan adalah banyaknya kasus bunuh diri dengan terjun dari Jembatan Sapen, di Desa Tanggan, Gesi.
Tercatat ada empat kasus bunuh diri terjun dari Jembatan yang menghubungkan antara Kecamatan Sragen dengan Sragen Utara itu.
Kemudian yang paling tragis adalah tewasnya mahasiswa asal Dukuh Pojok, Desa Plupuh, Kecamatan Plupuh, Sragen, Apriyanto Yuda (21) pada awal Desember 2020.
Ia nekat gantung diri usai diputus pacarnya. Mahasiswa semester tujuh itu sebelumnya sempat kirim pesan whatsapp (WA) ke pacarnya dan kemudian terlibat percekcokan antara korban dan pacarnya.
Kasubag Humas menguraikan untuk tahun 2021, ada empat kasus bunuh diri yang terjadi. Dua kasus adalah gantung diri dan dua lainnya terjun ke sungai.
Sementara dari catatan JOGLOSEMARNEWS.COM , empat kasus bunuh diri di 2021 itu masing-masing terjadi di Dukuh Alaskobong, Desa Ngargotirto, Sumberlawang pada 4 Januari 2021.
Adalah Sastro Pawiro (73) warga Dukuh Alaskobong, RT 17, Desa Ngargotirto, Sumberlawang yang ditemukan tak bernyawa usai gantung diri di rumahnya pada Minggu (4/1/2021) pukul 13.00 WIB.
Pria yang berprofesi buruh tani itu nekat mengakhiri hidupnya di blandar dapur rumahnya. Korban diketahui menggantung pakai tali tambang warna biru diduga akibat depresi.
Kasus kedua adalah bunuh diri terjun ke sungai yang dilakukan pemuda bernama Suparno (30) warga Desa Karanganyar, Kecamatan Plupuh, Sragen, Senin (18/1/2021) petang.
Diduga pemuda itu nekat mengakhiri hidupnya dengan menceburkan diri ke Bengawan Solo karena depresi akibat gangguan kejiwaan yang dialaminya.
Kisah tragis ketiga dialami warga Desa Banyurip, Kecamatan Sambungmacan, Sragen, Subur (70). Ia juga tewas gantung diri di teras rumahnya, Minggu (31/1/2021).
Saat ditemukan, duda sebatang kara asal Dukuh Depokan RT 8/2, Banyurip sudah tewas nggantung di rumah milik anaknya. Diduga rasa depresi tinggal sendiri dan kangen anak karena merantau tak pulang-pulang, menjadi pemicunya.
Kasus keempat dialami petugas Linmas Desa Pengkok, Kecamatan Kedawung, Sragen, Pardiyono (66). Ia juga nekat bunuh diri terjun dari jembatan gantung Butuh, di Kuyang, Kliwonan, Masaran pada Minggu (7/2/2021) pagi.
Jasad pria malang itu ditemukan tewas di aliran Sungai Bengawan Solo wilayah Dukuh Patihan RT 6, Desa Karangudi, Ngrampal, Sragen, Senin (8/2/2021) sore.
Pemicunya adalah depresi akibat sakit menahun tak kunjung sembuh ditambah kekecewaan terhadap kerabat yang tidak datang ketika disambati. Wardoyo