WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM – BPBD Wonogiri mendata ada ratusan buah luweng atau sumur dalam di wilayah perbukitan sisi selatan Kota Mete. Dari jumlah itu sekitar 40-an buah di antaranya termasuk berukuran besar.
Kepala Pelaksana BPBD Wonogiri, Bambang Haryanto menjelaskan, ada ratusan luweng tersebar di wilayah Wonogiri selatan. Meliputi Kecamatan Paranggupito, Pracimantoro, Eromoko, Giriwoyo, Manyaran, dan Giritontro. Sebagian mulut luweng sudah diberi penyaring sampah dari anyaman besi, sebagian lagi belum dipasangi.
“Kalau yang berukuran besar sekitar 40-an buah,” kata dia, Senin (1/2/2021).
Terkait tersumbatnya luweng di Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito hingga memicu terjadinya genangan, menurut dia semestinya dilakukan langkah pengecekan semua mulut luweng, terutama yang berpotensi rawan terjadi sumbatan. Misalnya sekitar 100 meter sisi barat lampu merah Pracimantoro. Secara bertahap mulut luweng dipasangi penyaring.
Mantan Camat Selogiri ini menerangkan, mulut luweng harus bersih dari segala sumbatan. Misalnya sampah, daun dan ranting kering, batu, tanah, dan sejenisnya. Secara prinsip, luweng merupakan aliran pembuangan air yang tercipta secara alami.
“Ketika mengalami penyumbatan aliran air, tanah, sampah, daun dan ranting kering menyumbat luweng. Akibatnya air tidak bisa mengalir lancar dan bahkan menggenang di sekitarnya,” ujar dia.
Terpisah, Camat Pracimantoro, Warsito, berujar, banjir akibat genangan air hujan yang tak bisa mengalir lantaran luweng tersumbat, beberapa kali terjadi lagi di wilayah Kecamatan Pracimantoro. Pasalnya kendati telah dilakukan pembersihan secara kontinyu, air yang datang kadang membawa serta material penyumbat.
Beruntung, tutur Warsito, sebagian besar desanya telah terbentuk relawan siaga bencana. Merekalah yang ikut menggerakkan warga mengantisipasi bencana banjir dari tersumbatnya aliran air di luweng.
“Kami selalu mengingatkan warga untuk tidak membuang sampah di mulut luweng, saat sambang desa maupun melalui kades, kami tekankan hal itu. Kemudian secara berkala dilakukan kerja bakti pembersihan mulut luweng,” tutur dia.
Banjir akibat tersumbatnya luweng sempat terjadi di sejumlah wilayah di selatan Wonogiri. Misalnya di Lingkungan Tameng, Kelurahan Girikikis Kecamatan Giriwoyo pada 2017 lalu. Belasan rumah terendam air. Bahkan satu rumah amblas ke dalam tanah ketika terjadi runtuhnya mulut luweng akhir 2012.
Banjir akibat hal yang sama sempat pula tejadi di Desa Wonodadi Kecamatan Pracimantoro. Lokasinya berada di puncak perbukitan karst.
Banjir juga merendam wilayah Desa Gendayakan Kecamatan Paranggupito. Banjir pada awalnya sempat menyentuh kedalaman 40 sentimeter.
Tersumbatnya luweng juga memicu genangan yang merendam sejumlah rumah di Desa Tlogosari, Kecamatan Giritontro. Serupa, belasan hektare lahan pertanian terendam di Desa Pucung, Kecamatan Eromoko.
Komplek Museum Karst di Desa Gebangharjo, Kecamatan Pracimantoro, juga ikut terkena dampak tersumbatnya luweng pada akhir 2017. Air datang begitu cepat dan langsung memasuki area museum yang terletak di bekas aliran Bengawan Solo purba itu.
Terkini sejumlah Desa di Kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito sempat terendam genangan akibat luweng tersumbat. Peristiwa terjadi Minggu (31/1/2021). Aria