Demam rekreasi sambil kuliner di kafe atau restoran tengah sawah sedang populer saat ini, termasuk di kabupaten Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta. Namun, realita ini tak menggoyahkan daya tarik keindahan wisata alami yang banyak tersembunyi di kabupaten ini. Salah satunya adalah Goa Kiskendo.
Goa Kiskendo ini berlokasi di Jalan Raya Kaligesing, Sokomoyo, Jatimulyo, Girimulyo,Kulon Progo. Berbatasan dengan kabupaten Purworejo. Untuk naik ke sana, jalannya cukup berliku dan menanjak, namun ini akan terbayar dengan setiap keindahan dan pesona ketika sampai kawasan obyek wisata tersebut.
Berada di perbukitan Menoreh, luas keseluruhan obyek wisata Goa Kiskendo ini capai 5 hektar. Dari depan sebuah gerbang bertuliskan Goa Kiskendo akan menyambut, selanjutnya hanya tinggal membayar tiket masuk @Rp 6000 per orang. Menuruni anak tangga menuju ke area taman, beragam bunga terlihat semarak, sementara dua ekor monyet lucu bak mini zoo melengkapi wisata tersebut. Udara yang sejuk, semilir angin membuat betah berada di sini.
Tak cukup lama, sampailah di mulut Goa Kiskendo. Sejumlah pemandu susur goa biasanya sudah siap membantu bila diperlukan jasanya, sementara para pedagang minuman dan jajanan khas Kulon Progo yakni Geblek sudah menunggu penyantapnya.
Menurut Adi Slamet, yang biasa disapa mbah Adi salah satu pemandu susur gua, dan termasuk dituakan oleh para pemandu susur lainnya, Goa Kiskendo ini benar-benar goa alami yang ditemukan dan memiliki sejarah begitu unik. Sejarah ini juga tertuang dalam relief di dinding goa bagian depan, menceritakan tentang pertempuran Subali- Sugriwa manusia kera melawan raksasa Mahesa Suro berkepala kerbau dan Lembu Suro yang berkepala sapi pemilik kerajaan (Goa) Kiskendo itu.
Ikhwal sejarah yang lekat dengan legenda pewayangan Subali Sugriwa tersebut, menurut mbah Adi tak lepas pula dari jati diri manusia kala itu terkait keyakinannya dan jalan kehidupan yang ditempuh.
“Alam, bagi para sesepuh meninggalkan cerita, bahwa dalam goa sejak dulu kala telah ditemukan untuk keprihatinan dalam hal ini kegiatan bersemedi. Mencari ketenangan,”terangnya tatkala ditemui Joglosemarnews, belum lama ini.
Hal ini tertuang jelas dalam jejak jalur (rute) di dalam goa yang menunjukkan ada 9 titik pertapaan dan biasanya dipakai untuk bertapa atau semedi. Bahkan sampai saat ini masih banyak orang bersemedi di dalamnya, sebagai bagian dari nguri-nguri kejawen. Kesembilan pertapaan itu yakni Pertapaan Spranji, Pertapaan Tledek, Pertapaan Kusuman, Pertapaan Santri Tani, Pertapaan Semelong, Pertapaan Padasan, Pertapaan Seterbang, Pertapaan Lumbung Kampek dan Pertapaan Sekadang. Dari rute itu ada dua pertigaan yang dapat menjadi perhentian sementara ketika kita kelelahan di dalam goa. Tak jarang ditemukan beberapa pengunjung mengabadikan dirinya di lokasi ini.
Goa ini sepanjang 760 meter dengan ketinggian mulai 11 meter, bahkan ada yang sampai 22 meter. Tuntunan tangga buatan , temaram lampu dan jalan setapak akan memudahkan mengeskplor goa yang ditemukan pada tahun 1850 ini. Konon penemu goa ini bernama mbah Gondorio, ia lah sekaligus yang babat alas membuka tempat tersebut untuk bisa dikunjungi.
Menyusuri goa ini harus ekstra hati-hati, karena selain licin, terdapat stalaktit dan stalagmit yang runcing . Tak jarang harus berjongkok untuk melewatinya. Arus air yang mengalir dari dalam mata air goa ini juga tak berhenti, bahkan kata Mbah Adi, panjangnya bisa sampai 1,5km .
“Seperti kehidupan, dalam goa ini ada 9 pertapaan, yang bisa kita pilih. Jalan masuk goa pun naik turun, ibaratnya kehidupan manusia yang pasti ada saatnya di atas, ada kalanya di bawah,”papar Mbah Adi yang berusia 73 tahun ini.
Pada setiap pertapaan memiliki cerita berbeda-beda. Tak jarang ada bunga bertaburan di atasnya. Dari 9 pertapaan itu salah satu yang banyak dikunjungi adalah padasan. Di sini mengalir deras air dari atas stalaktit yang memiliki mitos cukup menarik.
“Di padasan ini, banyak yang percaya kalau minum atau raup (mencuci wajah) dengan air ini akan awet muda, kalau anak-anak yang minum bisa menambah kepintaran”jelas Suroto, salah satu pemandu susur di sela-sela tugasnya mendampingi para pengunjung.
Kondisi Goa Kiskendo saat ini, imbuh Suroto mengundang daya tarik, terlebih usai dibuka untuk obyek wisata mulai 1973 dan pemugaran di bawah pemerintah Provinsi DIY pada 1979-1980. Kemudian diresmikan pada 23 April 1987.
“Kondisi ramai pengunjung ini setiap hari Sabtu dan Minggu. Bisa sampai ratusan orang. Biasanya saya masuk ke goa menemani para wisatawan 10-15 kali pas ramai gitu, “ujar lelaki berambut gondrong ini. Untuk masuk ke Goa ini, para pemandu susur sudah menyiapkan dirinya dengan senter dan lampu untuk memberi kenyamanan para pengunjung. Kiki DS