YOGYAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Gerakan “Reresik Kali” atau gotong-royong membersihkan aliran sungai dari bermacam sampah dan limbah terus dilakukan sejumlah pihak. Terutama yang peduli pada kelestarian alam khususnya sungai. Konon peradaban manusia dimulai dari pinggir sungai.
Ada banyak penanda yang memperkuat dugaan tersebut, salah satu bukti yang memperkuat, kebanyakan bangunan candi berada di pinggir sungai. Dimana candi merupakan pusat kebudayaan masa lalu.
Sejumlah bangunan bersejarah tersebut seolah menyiratkan bahwa keberadaan sungai sebagai artefak alam yang harus dirawat, dipelihara, dijaga juga dilindungi keberadaannya. Keterlibatan aktif warga setempat dalam bersih sungai menjadi salah satu sarana mengenalkan peradaban luhur masa lalu kepada publik yang lebih luas.
Hal tersebut terungkap dalam sarasehan yang digelar di pinggir Sungai Kuning, Padukuhan Sempu, Kalurahan Wedomartani, Kapanewon Ngemplak, Kabupaten Sleman, Minggu (14/3/2021) pagi. Acara perbincangan santai setelah aksi bersih Sungai Kuning dari jembatan Dam Sempu hingga tempuran Sungai Kuning dan Sungai Slamet tersebut mengambil lokasi di bantaran sungai.
Hadir dalam acara tersebut, jajaran Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sleman, Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Jawa (P3EJ) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Muspika Kapanewon Ngemplak, Kodim dan Polsek Ngemplak, pegiat komunitas sungai yang tergabung dalam Forum Komunitas Sungai Sleman (FKSS), Pengurus Karang Taruna Kabupaten Sleman, Saka Kalpataru Sleman, pejabat Kalurahan Wedomartani dan Komunitas Kali Kuning “Parikesit” Wedomartani.
Dengan duduk lesehan di bawah rindangnya pepohonan, sejumlah kisah perihal hidup berdampingan dengan sungai pun terlontar.
“Dulu saat saya kecil, orangtua saya ngajari mencari lauk dengan menangkap ikan di sungai. Caranya, aliran sungai dibendung sedikit, lalu ikannya diambil secukupnya. Pada waktu itu air sungai masih bersih, ikan lokal sungai juga masih banyak. Ini menandakan bahwa sungai menjadi bagian peradaban manusia dan makhluk lain. Maka, kalau kita mulai peduli sungai, sesungguhnya kita kembali mengenal peradaban luhur ini, yakni merawat lingkungan,” terang Kamituwa Kalurahan Wedomartani H.Mujiburokhman, S.Ag,MA berkisah.
Hal senada disampaikan Kabid Perencanaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup, P3EJ Kementerian LHK Sugeng Wachyono,ST. Pihaknya mengapresiasi aksi bersih sungai yang secara berkala dilakukan para pegiat sungai di Sleman.
“Ini gerakan yang bagus. Aksi penyelamatan air yang harus terus didukung. Karena air bagian tak terpisahkan dalam kehidupan semua makhluk. Bahkan air digunakan sebagai sarana pembersihan diri pada ritual peribadatan kita. Sinergi para pihak harus terus dilakukan,” terang Sugeng, sebagaimana dikutip dalam rilisnya ke Joglosemarnews.
Sementara itu, Sekretaris Karang Taruna Kabupaten Sleman Anas Hidayat mendukung keterlibatan generasi muda khususnya karang taruna kalurahan dalam aksi peduli lingkungan, khususnya dalam bersih sungai ini.
“Saya sangat bangga banyak generasi muda mau mulai reresik sungai. Semoga bisa ditiru juga di tempat lain,” ungkapnya.
Kabid Pengendalian Lingkungan Hidup DLH Sleman Purwoko Sasmoyo, ST,MM yang selalu hadir di tengah masyarakat saat bersih sungai, tak henti menyemangati gerakan penyelamatan lingkungan berbasis warga setempat tersebut.
“Selama gerakan ini inisiatif masyarakat, kami dari kedinasan (DLH Sleman_red.) akan terus berusaha memberi dukungan. Tentu dengan anggaran yang sudah tersedia,” kata Purwoko.
Sedangkan Ketua Komunitas Sungai Sleman, AG Irawan menjelaskan, gerakan bersih sungai yang dilakukan FKSS bersama DLH Sleman itu dilakukan dengan menggandeng sejumlah pihak. Upaya tersebut akan terus dilaksanakan setiap minggu hingga akhir bulan Juli 2021 mendatang di 25 titik sungai, dimana warga setempat yang sudah membentuk komunitas sungai. suhamdani