JOGLOSEMARNEWS.COM Umum Nasional

Gejolak di Partai Demokrat, AHY Dinilai Tak Antisipasi Kekecewaan Pendiri Sejak Awal Memimpin

Jenderal Purn Moeldoko tiba di arena Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat di Hotel The Hill, Sibolangit, Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara, Jumat (5/3/2021). Moeldoko terpilih sebagai Ketua Umum Partai Demokrat versis KLB Sumut / tribunnews
   

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono dinilai tidak melakukan antisipasi sejak awal memegang tampuk pimpinan.

Karena itulah, tidak mengherankan jika muncul kekecewaan yang berujung pada Kongres Luar Biasa (KLB).

Hal itu disampaikan oleh Teddy Mulyadi, Direktur Politik Lembaga Pengkajian dan Informasi Pembangunan Bangsa (LPIPB).

Sayangnya, menurut Teddy, hal itu tidak bisa diantisipasi oleh AHY sejak awal kepemimpinannya.

Kalau pun sekarang bak benang kusut, justru menjadi pertanyaan besar, apa yang selama ini ‘disimpan’ oleh SBY dan AHY di balik PD?

Munculnya Moeldoko, menurut Teddy, tidak bisa dipersalahkan. Justru, ini harusnya menjadi koreksi bagi SBY dan AHY.

“Nampak sekali SBY dan AHY seperti kebakaran jenggot menyikapi Kongres Luar Biasa (KLB) di Deli Serdang.

Baik AHY maupun SBY langsung bikin statement-statement yang cenderung menarik-narik Presiden Joko Widodo,” ungkap Teddy dalam rilisnya, Minggu (14/3/2021).

Baca Juga :  Bamsoet: Pemerintahan Prabowo-Gibran Tak Perlu Oposisi

“Sebutan ‘KSP Moeldoko’ yang dilontarkan AHY berulang-ulang, seolah mau menggambarkan ke publik bahwa KSP secara kelembagaan terlibat dalam upaya yang kata mereka tergolong kudeta,” tambah Teddy lagi.

Padahal, sanggahnya, tidak ada kaitannya KSP, apalagi Presiden dengan KLB Demokrat.

Dikatakannya, penggagas KLB adalah para senior dan pendiri yang sangat memahami AD/ART PD.

“Tidak mungkin mereka mau melaksanakan KLB, bila dari awal sudah tahu menabrak AD/ART. Kelihatannya penggagas KLB begitu percaya diri melaksanakannya,” kata Teddy.

Teddy mengaku heran mengapa Moeldoko dipersalahkan.

Teddy melihat Moeldoko diminta untuk menjadi Ketum PD versi KLB tapi kenapa harus dipersalahkan.

“Jangan kaitkan Moeldoko sebagai KSP. Itu sifatnya pribadi, dimana sebagai warga negara punya hak politik. Mau bergabung dengan partai mana saja, tentu pilihan beliau,” tegas Mulyadi.

Begitu kentara, ‘sasaran tembak’ persoalan ini adalah Presiden Jokowi, dengan membawa-bawa KSP.

Teddy yakin, Kemenhukam tentu bisa menyikapi persoalan ini dengan bijak.

Baca Juga :  Polri Klaim Angka Kecelakaan Lalu Lintas Arus Mudik Lebaran  2024 Turun 12 Persen

Bukan tidak mungkin, Kepengurusan PD versi KLB yang akan disahkan.

“Intinya, kalau AHY merasa bersih, kenapa harus risih. Selesaikan persoalan internal PD dengan bijak. Bukan dengan mengumbar omongan, bikin jumpa pers, sampai harus menyeret-nyeret Pemerintahan Jokowi,” tukas Teddy.

Kiai Rizal Maulana Ketua Seknas Dakwah Indonesia mengingatkan, kondisi bangsa lagi sulit, namun sejumlah elit masih saja sibuk berkonflik.

“Kisruh internal partai di masa pandemi ini tentu akan menyulitkan kerja pemerintah. Coba saja lihat, ketika ke Kemenhukam atau KPU, datang berbondong-bondong, ini kan bisa jadi klaster baru penyebaran Covid-19,” ujarnya.

Tapi sepertinya beberapa elit partai karena ego kelompok mengabaikan hal tersebut.

Munculnya masalah di internal, bisa jadi ada sesuatu yang tidam beres dalam organisasi tersebut.

“Jadi, bukan malah menyalahkan orang luar. Harusnya introspeksi diri dan lakukan pembenahan segera, bukannya malah ‘menyerang’ pemerintah,” tukasnya.

www.tribunnews.com

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com