JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah Sragen

Mudik Lebaran Dilarang, Tokoh Pengusaha Transportasi Sragen Dukung Kebijakan Pemerintah. Warga Perantau Kecewa dan Menangis 2 Tahun Terancam Tak Bisa Sungkem Keluarga

Andi Kusnanto. Foto/Wardoyo
   

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM Larangan mudik Lebaran tahun 2021 disambut pro kontra di kalangan masyarakat.

Di Sragen, pengusaha jasa transportasi secara mengejutkan mendukung kebijakan pemerintah tersebut. Namun di sisi lain, masyarakat asli Sragen yang merantau di luar kota, mengaku kecewa dengan larangan tersebut.

Salah satu pengusaha transportasi asal Sragen yang juga Dirut PT. Pascalindo Transportasi Indonesia, Andi Kusnanto mendukung langkah pemerintah melarang mudik Lebaran.

Alasannya, situasi pandemi Covid-19 yang belum berakhir, dikhawatirkan justru bisa kembali meningkat ketika arus mudik warga dibuka.

Ia memandang larangan mudik justru bisa dimanfaatkan warga di perantauan maupun warga di rumah untuk bersilahturahmi sesama lingkungan dekat dulu.

“Kalau kami mendukung larangan mudik. Toh tahun depan bisa mudik lagi,” paparnya kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Minggu (28/3/2021).

Menurut anggota Konsorsium BRT Trans Jateng Koridor VI itu, momen bertahan di perantauan bisa digunakan bersilaturahmi di lingkungan terdekat mereka.

Hal itu juga penting ibarat pepatah Jawa “Cedak Kepidak, Aduh Kerengkuh”. Yang artinya lingkungan yang dekat dengan tempat tinggal sehari-hari terkadang terlupakan atau tersepelekan dengan silahturahmi.

Meski berdampak pada jasa transportasi, ia menyebut tidak ada yang salah dengan larangan mudik. Energi liburan masih bisa diisi dengan lingkungan sekitar untuk membuat solusi masa depan.

Baca Juga :  Prestasi Gemilang Bintang Lima dan Terbaik TOP BUMD Awards 2024: Inilah Bukti Keunggulan RSUD dr. Soeratno Gemolong Sragen

Misalnya dengan menanam pohon secara bersama-sama. Lalu bisa juga dilakukan gotong-royong dan tolong menolong dalam masalah-masalah yang ada di lingkungan mikro masing-masing.

“Keseimbangan ini perlu agar sebagai bangsa yang besar ada perasaan senasib dan sepenanggungan, tidak mudik (dilakukan secara serentak) bukanlah suatu bencana. Tapi bagian dari menjaga keseimbangan itu,” terangnya.

Pengusaha asal Sumberlawang Sragen itu menyampaikan masyarakat bisa mengisi libur lebaran dengan kegiatan mendidik anak-anak yang libur panjang.

Misalnya diajak untuk mengunjungi tokoh yang dianggap sukses atau berperan banyak kepada kemajuan lingkungan.

“Bisa juga anak-anak dididik mengunjungi sesepuh atau orang yang belum beruntung. Inlngat banyak kasus Lansia yang mati membusuk di rumah sendiri tanpa diketahui oleh tetangganya. Ini sangat memprihatinkan,” tukasnya.

Ia mengajak masyarakat untuk berpikir lebih ikhlas dan dewasa dalam menyikapi keputusan pemerintah. Dilarang mudik juga menjadi momentum untuk berdoa bersama, merenung atau instropeksi lingkungan masing-masing.

Acara silahturahmi masih bisa dilakukan dengan konsep video call atau telepon. Itu dipandang lebih bisa menghemat atau menjadwalkan ulang secara bergantian antar lingkungan.

“Kalaupun butuh makanan khas atau oleh-oleh dari tempat asal mudik, masih bisa pesan lewat online,” imbuh Andi.

Menurutnya, menahan keinginan untuk mudik ibarat orang berpuasa. Maka kebahagiaan yang bernilai lebih akan terasa ketika nanti pemerintah membolehkan mudik kembali.

Baca Juga :  Dagang Ciu di Bulan Ramadhan, Warga Sambungmacan, Sragen Dirazia Polisi, 3 Botol Miras Disita

Bila mudik tidak serentak juga memberikan keuntungan yaitu transportasi bisa tercukupi dan akan ramai setiap saat.

Perantau Kecewa

Di sisi lain, para perantau asal Sragen justru mengaku sedih dan kecewa dengan kebijakan pemerintah melarang mudik. Kekecewaan itu dilontarkan dari mereka yang merantau di daerah dengan kasus Covid-19 minim seperti di Sumatera.

“Sedih Mas dengar kabar nggak boleh mudik lagi. Tahun lalu sudah nggak boleh mudik, tahun ini lagi. Padahal anak-anak sudah kangen keluarga dan kakek neneknya di Jawa. Apalagi kalau di daerah kami kan kasus Covid-19 hampir jarang sekali. Kecuali yang dilarang dari wilayah yang kasusnya tinggi, silakan,” ujar Sutarno, salah satu warga Sragen yang merantau di Medan.

Warga Sragen yang merantau di Sumatera Utara dan sudah tak mudik pada Lebaran lalu. Foto/Wardoyo

Ia mengatakan pada Lebaran tahun lalu, dirinya sekeluarga juga terpaksa tak bisa mudik. Sempat pesan tiket pesawat dan dilunasi, mendadak jadwal penerbangan dibatalkan karena kebijakan larangan mudik kala itu.

“Bahkan tiketnya sampai sekarang belum ada pengembalian. Sudah setahun kami nggak sungkem, tahun ini masa harus gagal lagi. Kami minta ditinjau ulang, untuk wilayah yang aman dari kasus Covid-19 mohon bisa dibolehkan mudik,” ujarnya. Wardoyo

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com