SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Kemajuan teknologi di bidang pertanian mulai merambah pertanian di Sragen. Salah satunya penerapan budidaya dengan konsep green house untuk tanaman hortikultura.
Konsep pertanian dengan rumah kaca atau di dalam bangunan tertutup transparan itu kini mulai banyak diterapkan di Kecamatan Gondang.
Seperti yang dilakukan anggota DPRD Sragen, Bambang Widjo Purwanto. Legislator yang getol dengan dunia pertanian ini kini mereguk sukses usai menerapkan budidaya melon organik di lahan green house miliknya.
Pantauan JOGLOSEMARNEWS.COM , di lahan green house seluas 3.500 M2 miliknya, kini ditanami sekitar 9.000 bibit melon berumur 55 hari.
Tak hanya tumbuh subur, buah melon di green house itu juga terlihat berukuran di atas rata-rata melon pada umumnya.
Meski sudah mendekati masa panen, daunnya juga terlihat masih hijau. Menurut Bambang, hal itu tak lepas dari pola pertanian organik tanpa menggunakan bahan kimia yang ia terapkan.
“Prinsipnya sama dengan kita tanam di lahan terbuka. Cuma di green house ini, biayanya lebih ngirit tapi kualitas buahnya lebih bagus karena terbebas dari hama dan tidak terpengaruh cuaca,” paparnya Rabu (28/4/2021).
Legislator asal Gondang itu menjelaskan dengan konsep green house, tanaman tidak perlu lagi disemprot pakai pestisida kimia.
Kemudian pupuk kimia juga tidak lagi dibutuhkan karena di awal pengolahan lahan sudah ditaburi pupuk organik.
Hal itu secara otomatis menekan biaya produksi tanpa mengurangi kesuburan dan kualitas buah.
“Seperti dibiarkan tumbuh alami. Dan hasilnya ternyata malah bagus. Kalau di tanam di luar, harus pakai pestisida kalau tidak pasti buah rusak atau kualitasnya kurang,” terangnya.
Selain itu, budidaya organik di green house itu juga meningkatkan kualitas buah yang dihasilkan.
Menurutnya buah yang dibudidayakan organik, jauh lebih sehat karena tidak mengandung bahan kimia sehingga baik untuk kesehatan.
“Dan yang pasti harganya akan lebih mahal dibanding buah yang ditanam di luaran pakai kimia,” imbuhnya.
Bambang melanjutkan, di lahan 3.500 M2 itu, ia tanami 9.000 bibit melon. Ada tiga varian yang ditanam yakni jenis LA, Golden dan Action 434.
Dari kalkulasinya, biaya bibit hingga perawatan 9.000 bibit itu menghabiskan anggaran sekitar Rp 20 juta dari awal sampai panen.
Jika 8.000 bibit saja yang tumbuh dengan satu tanaman menghasilkan buah minimal 1 kilogram saja, hasil panen satu petak green house bisa mencapai 8 ton.
Dengan harga saat ini sekitar Rp 10.000 untuk melon biasa, maka hasilnya minimal bisa meraup hampir Rp 80 juta.
“Hitungan kasarnya saja keuntungan bisa Rp 60 juta. Itu baru dihitung 8.000 tanaman yang tumbuh dan satu buah satu kg. Padahal kalau di green house dan pakai sistem organik, buahnya bisa lebih besar. Rata-rata bisa 1,5 kilogram satu buahnya,” terangnya.
Belum lagi dari sisi harga, buah organik memiliki pangsa pasar tersendiri dengan harga lebih mahal. Jika melon biasa dihargai Rp 10.000 perkilo, produk yang ditanam organik harganya tentu lebih mahal bisa mencapai Rp 15.000 perkilo.
“Karena bagi yang sudah tahu, buah organik memang banyak manfaatnya bagi kesehatan. Karena tidak ada kandungan kimianya. Memang masih butuh sosialisasi ke masyarakat,” tukasnya.
Bambang menyebut sudah banyak tengkulak yang datang menawarkan untuk membeli melonnya. Akan tetapi ia masih bertahan dan menunggu sampai usia matang yakni 65 hari.
“Mungkin seminggu sampai 10 hari ke depan baru akan kita panen. Karena nanti mendekati Lebaran biasanya harga buah akan meningkat,” tandasnya. Wardoyo
- Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
- Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
- Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
- Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com