SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Lahir dari lingkungan keluarga sederhana, didikan untuk kerja keras dan tekun rupanya begitu membekas dalam diri Sarwito.
Sehingga meskipun sudah sukses berkarier di bidang pemborong konstruksi bersama PT Waskita, ia tak pernah menanggalkan sosoknya sebagai pribadi yang penuh kesederhanaan.
Pria yang dikenal dengan nama panggung Abdul Rohman Sarwito itu pun menuturkan prinsip qanaah atau selalu menerima dan bersyukur juga diterapkan dalam hal bersyiar agama melalui tauziyah yang ia jalani.
Menurutnya profesi sampingan menjadi penceramah atau dai dilakoni sebagai bagian ikhtiar menebar kebaikan dan berbagi ilmu keagamaan. Sehingga soal bayaran tak pernah ia pikirkan dan bukan prioritas.
Bahkan ketika diundang memberi tauziyah di hajatan warga yang tidak mampu, ia pun dengan senang hati menggratiskan atau tak menerima bayaran.
Tidak hanya itu, bapak dua anak itu juga menyampaikan selama ini semua uang hasil dari pengajian atau memberi ceramah itu tidak pernah ada yang digunakan untuk keluarga.
Akan tetapi semua dihibahkan untuk guru-guru ngaji dan disedekahkan untuk anak yatim piatu di lingkungannya. Menurutnya selain di wilayah Grobogan, ia juga sering diundang mengisi tauziyah di luar kota seperti Semarang hingga Kendal.
“Bagi saya hidup harus berguna bagi sesama. Makanya sebisa mungkin apa yang kita miliki harus bisa bermanfaat bagi orang lain. Itulah mengapa setiap tahun kami ngumpulin anak yatim piatu untuk diberi santunan. Sudah jalan 8 tahun ini setiap tahun rutin dan Insya Allah terus kita agendakan,” terangnya saat berbincang dengan JOGLOSEMARNEWS.COM , Rabu (21/4/2021).
Lebih lanjut, Sarwito menuturkan di tengah kesibukannya sebagai pemborong proyek, profesi sebagai da’i dan kegiatan mengaji masih bisa dijalani beriringan.
Hal itu tak lepas dari kebaikan para pimpinan proyek di Waskita yang selalu memberinya izin ketika mendapat undangan warga untuk memberi tauziyah.
“Alhamdulillah selama ini semua bisa berjalan beriringan. Setiap saya dapat undangan ngisi tauziyah dari warga, saya selalu koordinasi dengan kepala proyek (Kapro) dan mereka bisa memahami. Sehingga saya selalu diizinkan. Jadi pekerjaan proyek tetap jalan, ibadah bersyiar juga bisa dilaksanakan. Yang penting niatnya bekerja sambil bersyiar,” terangnya.(Wardoyo/Bersambung)