
SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM – Pelepasan ekspor program florikultura dan benih sayuran dinilai menjadi salah satu keran untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional.
Pelepasan ekspor tersebut mendapat apresiasi positif dari Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto.
Bahkan, Menko Airlangga menyempatkan diri hadir dalam pelepasan ekspor florikultura yang berlangsung di Minaqu Home Nature, Jungle Fest Bogor (6/5/2021).
Turut hadir dalam acara pelepasan ekspor florikultura tersebut Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Perwakilan Pemerintah Kota Bogor, dan Pimpinan DPRD Kabupaten Bogor.
Airlangga menjelaskan, florikultura atau tanaman hias yang merupakan salah satu bagian dari subsektor hortikultura, memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan di Indonesia.
Keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia memberikan peluang bisnis tanaman hias baik untuk penyediaan kebutuhan dalam negeri maupun dunia yang pasarnya masih terbuka lebar.
Dipaparkan, global market value tanaman hias mencapai nilai US$22,329 miliar, lebih tinggi dibandingkan kopi dan teh. Namun, Indonesia baru memenuhi ceruk pasar dunia sebesar 0,1%.
Selain ekspor tanaman hias, Indonesia juga mempunyai potensi besar dalam ekspor benih sayuran ke mancanegara. Hampir semua produk sayuran di Indonesia punya potensi pasar di luar terutama di Asean, seperti Malaysia dan Thailand.
Beberapa komoditas yang cukup banyak permintaannya antara lain kangkung, tomat, buncis, labu, dan kacang panjang. Namun permintaan ekspor lebih luas daripada segi produksi.
“Ke depan untuk peningkatan ekspor benih bisa ditingkatkan kerja sama beberapa perusahaan benih di Indonesia untuk membuka pasar ekspor dan promosi bersama ke luar negeri dengan fasilitasi Pemerintah,” ujar Menko Airlangga.
Airlangga memaparkan, pengembangan agribisnis tanaman hias dan benih sayuran diyakini dapat menumbuhkan lapangan pekerjaan baru di setiap elemen rantai pasok, termasuk di dalamnya adalah pengembangan dan perbanyakan bibit berteknologi melalui kultur jaringan.
Selain itu, inovasi teknologi, pengembangan lahan produksi, standarisasi dan sertifikasi produk perlu ditingkatkan dan menjadi fokus utama.
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia periode Januari – Maret 2021 mencapai US$48,90 miliar atau meningkat 17,11% dibanding periode yang sama tahun 2020. Kinerja ekspor pada Maret 2021 mencapai US$18,35 miliar, yang tertinggi dalam beberapa tahun terakhir.
Bahkan hampir melampaui posisi tertinggi sejak Agustus 2011 yang saat itu nilai ekspornya sebesar US$18,64 miliar.
“Sektor pertanian telah memberikan kontribusi positif sebesar 2,15% di bulan Maret. Ekspor pertanian secara kumulatif pada Januari – Maret 2021 sebesar US$1,05 miliar, mengalami kenaikan sebesar 14,29% terhadap periode yang sama pada tahun 2020,” lanjut Airlangga.
Dikatakan, nilai ekspor florikultura pada tiga tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2018 nilai ekspor sebesar US$12,07 juta, tahun 2019 US$13,53 juta (naik 12,1%) dan pada tahun 2020 naik cukup signifikan menjadi sebesar US$19,98 juta.
Sementara untuk meningkatkan produktivitas, Menko Airlangga mengatakan bahwa inisiasi closed loop perlu terus dikembangkan, terutama dalam rangka pengembangan kemitraan dari huli ke hilir.
“Ini selaras dengan arahan Bapak Presiden Jokowi pada acara Jakarta Food Security Summit (JFSS),” ujarnya.
Pemerintah juga akan terus mendukung kebijakan bagi pelaku usaha untuk melakukan ekspor. Contohnya, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI)/Eximbank terus memberikan dorongan berupa bantuan pembiayaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) berorientasi ekspor bagi usaha berorientasi ekspo, termasuk usaha rintisan ekspor dengan maksimal omzet sebesar Rp 50 miliar.
“Saya ucapkan apresiasi dan selamat atas keberhasilan Menteri Pertanian yang terus mendorong ekspor florikultura dari Indonesia,” ujarnya. Suhamdani