JOGLOSEMARNEWS.COM Edukasi Kesehatan

Ini Reaksi dan Dampaknya Jika Seseorang Disuntik 2 Jenis Vaksin Covid-19

Vaksinasi Covid-19. Foto: YouTube/Sekretaris Presiden
   

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM Selama ini, dalam program vaksinasi Covid-19, orang mendapatkan satu jenis vaksin untuk dua tahap penyuntikan.

Sebagaimana diketahui, jenis vaksin Covid-19 yang digunakan di Indonesia adalah Sinovac, AstraZeneca dan yang terbaru adalah Sinopharm. Jenis-jenis vaksin tersebut sudah mendapatkan izin darurat dari BPOM.

Akan tetapi, bagaimana jadinya jika seseorang mendapatkan dua jenis vaksin Covid-19 tersebut dalam tubuhnya? Bagaimana reaksi dan dampaknya bagi kesehatan tubuh?

Dilansir dari PinkVilla, vaksin sebagai pembentuk antibodi bisa mengalami efek samping. Efek samping ini dapat berupa demam, menggigil, mual, kelelahan, sakit kepala dan nyeri, atau nyeri di lengan. Efek samping ini biasanya berlangsung selama 1-2 hari.

Baca Juga :  Sederet Gejala Diabetes yang Sering Tak Disadari, Salah Satunya Rasa Lapar yang Terus Menerus

Tetapi, jenis efek samping apa yang terjadi ketika dua suntikan vaksin Covid-19 dicampur? Sebuah penelitian yang dilakukan baru-baru ini oleh Universitas Oxford melaporkan dalam jurnal medis The Lancet bahwa orang yang mendapat dosis pertama suntikan AstraZeneca diikuti vaksin Pfizer empat minggu kemudian melaporkan lebih banyak efek samping jangka pendek, kebanyakan ringan.

Peneliti dan pejabat kesehatan masyarakat sedang memeriksa strategi seperti memadukan dua cara berbeda karena banyak negara berpenghasilan rendah dan menengah mencoba mencari cara untuk mengatasi kelangkaan vaksin.

Jaminan pencampuran suntikan seperti itu akan membuat tugas pemerintah lebih mudah untuk mengelola persediaan dan memberi wawasan lebih.

Dilaporkan tidak ada masalah keamanan seperti itu dan efek samping yang lebih kuat dari vaksinasi menghilang setelah beberapa hari.

Baca Juga :  Miliki Rasa Pahit, Ini Sederet Manfaat Pare untuk Kesehatan

Penelitian menunjukkan sekitar 10 persen peserta yang mendapat suntikan campuran melaporkan kelelahan parah dibandingkan dengan sekitar 3 persen dari yang mendapat satu jenis vaksin. Semua peserta ini berusia 50 tahun ke atas.

Rezim campuran dikenal sebagai dorongan heterolog. Peneliti percaya tidak semua vaksin Covid-19 dapat bekerja secara efektif jika dicampur. Tetapi bila targetnya sama, yaitu protein lonjakan virus, maka dapat dilakukan.

Lebih lanjut, mereka juga menguji interval pemberian dosis yang lebih lebar, yaitu 12 minggu antara suntikan dan berencana untuk memperluas penelitian yang mencakup vaksin dari Moderna dan Novavax.

www.tempo.co

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com