Beranda Daerah Sragen Seorang Ustadz di Sragen Meninggal Positif Covid-19, Keluarga Menolak Dimakamkan Protokol Covid-19....

Seorang Ustadz di Sragen Meninggal Positif Covid-19, Keluarga Menolak Dimakamkan Protokol Covid-19. Jenazah Dijemput Pakai Ambulans Ormas, Dimakamkan Tanpa APD dan Dihadiri Ratusan Pelayat

Ratusan santri dan warga saat memberikan penghormatan dan doa terakhir untuk ustadz MH yang meninggal dengan hasil swab positif covid-19, Jumat (7/5/2021). Foto/Istimewa

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Kabar duka menghampiri Kecamatan Sidoharjo, Sragen. Salah satu tokoh agama sekaligus ustadz di salah satu desa, berinisial MH (65) tutup usia, Jumat (7/5/2021) pagi.

MH dikabarkan meninggal dunia dengan hasil swab positif terkonfirmasi covid-19. Namun proses pemakaman dilaporkan tidak dilakukan oleh petugas pemakaman covid-19.

Akan tetapi diduga dimakamkan sendiri oleh kerabat dan santrinya. Hal itu dilakukan karena keluarga menolak dimakamkan secara protokol kesehatan.

Bahkan ratusan pelayat juga hadir melepas kepergian sang ustadz. Data yang dihimpun di lapangan, MH meninggal pagi tadi sekira pukul 07.00 WIB.

Almarhum mengembuskan nafas terakhir di RSUD dr Moewardi Solo. Semula pihak keluarga sudah diberitahu bahwa almarhum positif covid-19 dan pemakaman harus dilakukan protokol covid-19.

Proses pemakaman direncanakan akan dilakukan bakda salat Jumat. Namun entah mengapa jenazah kemudian justru dijemput menggunakan ambulans NU bukan ambulans dari rumah sakit.

Selanjutnya, jenazah dibawa ke RSUD Sragen untuk dilakukan pemulasaraan. Selesai itu, jenazah kembali dibawa sendiri oleh kerabat ke rumah duka dengan menggunakan ambulans yang sama.

“Iya benar. Rencananya dimakamkan selesai Jumatan. Dari pihak Muspika sudah memberitahu kalau positif (Covid-19) dan harus dimakamkan protokol covid-19 oleh petugas berpakaian APD lengkap. Akan tetapi saat petugas pemakaman dan Muspika masih Jumatan, jenazah sudah dijemput lalu dimakamkan sendiri,” ujar AL, salah satu warga setempat, kepada wartawan, Jumat (7/5/2021).

Baca Juga :  KPU Sragen Dituduh Dzalim di Pilkada 2024, Tim Kampanye Paslon 02 Sigit-Suroto Beberkan Keburukan Selama Debat Terbuka Berlangsung

Walhasil, petugas yang sudah siap memakamkan, batal melakukan pemakaman lantaran jenazah diketahui sudah dimakamkan sendiri lebih cepat dari rencana.

Hal itu pun akhirnya memantik perhatian dari sebagian warga karena saat pemakaman juga banyak yang hadir mendekat.

Kepala Puskesmas Sidoharjo, Eny Sudarwati menyampaikan informasi yang diterima dari dinas kesehatan kabupaten (DKK), almarhum MH memang positif terpapar Covid-19.

Yang bersangkutan sempat menjalani perawatan di RSUD dr Moewardi Solo. Karena positif, pihaknya langsung menyampaikan ke keluarga agar dimakamkan dengan protokol kesehatan.

Ia membenarkan memang awalnya sempat ada penolakan dari keluarga yang minta agar jenazah dimandikan di rumah duka.

“Awalnya kami dikasih tahu bidan desa ada penolakan dan ingin dimandikan sendiri di rumah duka. Kemudian saya telepon Pak Lurah, Pak Camat untuk koordinasi karena kita takut ada efek yang tidak baik atau jadi klaster baru. Akhirnya dimandikan di rumah sakit umum (Sragen),” terangnya.

Setelah dimandikan, lanjutnya, jenazah dilakukan pemulasaraan. Pihaknya kaget setelah sore hari menerima info bahwa jenazah malah dijemput pakai ambulans sendiri kemudian dibawa ke rumah duka.

Baca Juga :  Kakek Dirjo, Petani Asal Desa Gading, Sumbang Satu Kebun Bambu untuk Untung Wiyono: Keluarga Pak Untung Dikenal Paling Ikhlas pada Masyarakat Sragen

“Iya benar, informasi yang kami terima tadi, benar pemakamannya ternyata nglimpekne petugas dan Muspika. Saya juga kaget baru dapat laporan kalau ternyata dimakamkan sendiri. Padahal sudah disosialisasikan positif covid-19,” urainya.

Karena pemakaman tidak digelar secara prokes, maka Puskesmas nantinya akan melakukan tracking terhadap semua orang yang kontak erat.

Baik yang kontak dengan jenazah almarhum, maupun yang kontak erat saat penjemputan jenazah, saat menyalatkan, saat takziyah hingga yang melakukan proses pemakaman.

Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi kondisi mereka yang kontak erat lantaran pemakaman tidak dilakukan secara prokes. Wardoyo