BOYOLALI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Optimisme para petani tembakau di wilayah Kecamatan Banyudono, Boyolali kini semakin mengecil. Gara- garanya, hujan deras terus mengguyur beberapa hari terakhir.
Mereka pun khawatir tanaman tembakau di sawah rusak gara- gara diguyur air hujan tersebut. Pasalnya, hujan bisa mengakibatkan kerusakan tanaman.
Apalagi untuk tanaman muda berusia tanam kurang dari dua minggu.
Selain tanaman rawan mati karena kelebihan air, tanaman juga bisa mati karena tertimbun tanah.
“Kalau tanaman umur seminggu memang rawan mati dan harus diganti dengan tanaman baru. Sudah beberapa hari ini, hujan turun,” ujar Tuwuh (65) petani di Desa Ngaru- aru, Kecamatan Banyudono.
Diungkapkan, dampak hujan berkepanjangan membuat dirinya kurang leluasa melakukan pemupukan. Pasalnya, jika tanah dalam kondisi basah maka pupuk bisa menganggu pertumbuhan tanaman tembakau.
Pupuk yang mencair terlalu cepat membuat suhu tanah menurun dengan cepat sehingga bisa merusak akar tanaman.
“Yang bisa dilakukan paling membersihkan saluran agar air bisa mengalir cepat. Mudah- mudahan hujan segera berhenti,” ujarnya.
Jika hujan turun terus, maka dipastikan dirinya bakal merugi. Apalagi lahan tersebut adalah lahan sewa milik Pemerintah Desa Ngaru- aru. Lahan seluas 3.000 meter persegi itu disewa selama setahun seharga Rp 10 juta.
“Padahal panen tembakau tahun lalu lumayan, bisa laku Rp 20 juta.”
Sarjimo (62), petani lainnya merasa heran karena saat ini masih turun hujan deras. Padahal, seharusnya sudah memasuki musim kemarau. Sehingga panas sinar matahari tidak terganggu mendung dan hujan.
“Tanaman tembakau memang membutuhkan sinar matahari yang maksimal. Paling ada hujan kiriman satu atau dua kali saja.”
Tanaman tembakau yang ditanam di wilayah Boyolali bagian bawah adalah tembakau jenis asepan. Bibit tembakau ditanam pada awal musim kemarau.
Beda dengan tembakau rajangan yang ditanam petani di kawasan lereng Gunung Merapu- Merbabu yang ditanam justru saat hujan masih turun menjelang kemarau. Waskita