Beranda Daerah Wonogiri Sudah Mentok Pol, RSUD Dokter Soediran Mangun Sumarso Wonogiri Tak Bisa Tambah...

Sudah Mentok Pol, RSUD Dokter Soediran Mangun Sumarso Wonogiri Tak Bisa Tambah Tempat Tidur Pasien COVID-19

Gedung baru IGD RSUD Soediran Mangun Sumarso Wonogiri

WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM — Pelaksana Tugas (Plt) Direktur RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri Setyorini mengatakan tidak bisa menambah lagi kamar tidur bagi pasien COVID-19.

Dia menyebutkan, hingga Jumat (25/6) pukul 07.00 WIB Bed occupancy rate atau BOR bagi pasien Covid-19 di RSUD Wonogiri itu mencapai 92 persen.
BOR atau keterisian tempat tidur bagi pasien Corona di RSUD Wonogiri mencapai rekor tertinggi selama pandemi.

“Kalau di RSUD, seluruh tempat tidur Covid-19 ada 124. Itu sudah termasuk tempat tidur Covid-19 biasa, ICU dan PICU/NICU Covid-19. BOR ini yang tertinggi sejak awal pandemi,” kata dia.

Sementara total jumlah tempat tidur bagi pasien COVID-19 323. Tempat tidur itu tersebar di RSUD dan rumah sakit swasta. 267 di antaranya terisi, angka BOR mencapai 82,7 persen. Masih ada 56 tempat tidur isolasi yang tersedia.

Setyorini mengatakan, awalnya RSUD hanya menyiapkan 89 tempat tidur bagi pasien Covid-19. Namun kini pihaknya sudah menambah tempat tidur bagi penderita korona.

Dia menjelaskan, ada 12 tempat tidur ICU Covid-19. Sembilan diantaranya sudah diisi pasien. Sementara itu, dari enam tempat tidur PICU/NICU separuhnya sudah terisi. Menurut dia, untuk saat ini RSUD sudah tidak bisa menambah kamar bagi pasien korona. Kalau kamarnya bisa, tapi tenaga dan alat kesehatannya yang perlu dipertimbangkan.

Baca Juga :  Target Partisipasi Pemilih Pilkada Wonogiri Gagal Tercapai, Warga Emoh Keluar Biaya

“Bisa saja relawan bertugas disana untuk merawat pasien Covid-19. Namun, yang sulit adalah mencari relawan yang memiliki keahlian yang dibutuhkan,” sebut dia.

Lebih jauh, Setyorini mengatakan pasien COVID-19 yang masuk ke RSUD banyak yang sudah dalam kondisi berat. Bahkan, baru-baru ini ada pasien dari Jakarta. Diduga di Jakarta, pasien yang kemungkinan warga Wonogiri itu tidak mendapatkan rumah sakit disana.
Baru dua jam dirawat di IGD meninggal.

Setyorini mengatakan remdesivir bagi pasien COVID-19 disana sempat habis beberapa waktu lalu. Pihaknya langsung meminta bantuan dari provinsi dan kini sudah ada stok yang tersedia. Dia menuturkan, remsedivir biasanya diberikan kepada pasien COVID-19 yang berada dalam kondisi kritis.

“Kita dapat 100 vial. Itu mungkin 10 hari habis. Kalau dihitung, 100 vial itu nilainya 120 juta. Satu vial digunakan untuk satu kali injeksi. Tapi dalam satu periode sakit injeksinya maksimal dua kali,” jelas dia.

Baca Juga :  Jadwal Libur Sekolah Akhir Tahun 2024 di Berbagai Provinsi

Selain itu, pihaknya juga memiliki stok 20 buah actemra yang harga satuannya menjapai Rp 8 juta. Tidak semua pasien cocok dengan obat itu, harus ada pemeriksaan lebihlanjut yang dilakukan. Pihaknya juga kini memiliki stok obat lainnya, lengkap, yang tidak dimiliki rumah sakit swasta lain di Wonogiri.

“Kalau untuk stok oksigen, untuk saat ini Insya Allah aman,” ujar dia. Aris