Beranda Daerah Boyolali Jumlah Kasus Covid-19 Melonjak, Pengusaha di Boyolali Ini Kewalahan Penuhi Pesanan APD

Jumlah Kasus Covid-19 Melonjak, Pengusaha di Boyolali Ini Kewalahan Penuhi Pesanan APD

Pekerja tengah mengerjakan pakaian hazmat / Foto: Waskita

BOYOLALI, JOGLOSEMARNEWS.COM Kenaikan jumlah kasus positif Covid-19, diikuti dengan permintaan Alat Pelindung Diri (APD) atau baju hazmat.

Seperti di Gracia Garment Banyudono, sejak Juni lalu, permintaannya melonjak hingga 50 persen.

Pemilik Gracia Garment Banyudono, Yuli TB mengakui, pesanan baju hazmat memang naik turun seiring dengan angka paparan Covid-19 di Indonesia.

Pada awal tahun, pesanan baju hazmat sempat melandai dan kembali naik pada Juni lalu sampai sekarang.

“Saya sampai menolak pesanan karena tidak mampu memproduksi lebih banyak lagi,” katanya saat ditemui di Pabrik Garment miliknya di Sambi, Jumat (23/7/2021).

Dijelaskan, tiga pabrik miliknya hanya bisa memproduksi sekitar 1.200 baju setiap harinya.

“Karyawan total hanya 60 orang. Jadi saya sering menolak pesanan karena menyesuaikan kemampuan karyawan,” ujarnya.

Namun kini, pesanan melonjak dan produksi naik sampai 50 persen atau sekitar 1.700 baju/ hari. Namun pesanan naik lagi sehingga pihaknya kewalahan. Pihaknya tak bisa memenuhi pesanan karena keterbatasan kemampuan karyawan.

Baca Juga :  Pembunuh Bos Kerajinan Tembaga Tumang, Boyolali Divonis Seumur Hidup. Terdakwa dan JPU Sama- sama Ajukan Banding

“Produksi baju hazmat ini saya salurkan lewat distributor di Semarang, Jakarta, Surabaya dan Solo.”

Ada dua jenis baju hazmat yang diproduksi. Yakni baju hazmat untuk area ring 1 atau bersentuhan langsung dengan pasien Covid-19 seperti tenaga kesehatan (Nakes) RS maupun relawan pemakaman. Baju tersebut hanya bisa digunakan sekali.

“Bahan lebih mahal dan harus impor. Jadi pembuatannya menunggu bahan ada. Baju hazmat yang diproduksi juga sudah lengkap dengan sarung sepatunya.”

Kemudian baju hazmat untuk area ring 2 bisa digunakan sampai dua kali. Hamzat suit microporous breathable ini bersifat waterproof, antivirus, anti droplet, anti bakteri, anti debu, anti statik, tidak gerah dan nyaman digunakan.

Terkait proses pembuatan baju hazmat, hampir sama dengan produksi garmen lainnya. Yaitu diawali pengukuran dan pemotongan kain. Baru dilakukan obras dan penjahitan. Setelah itu dilakukan proses shelling atau menutup rongga jahitan menggunakan selotip khusus.

Baca Juga :  Pedagang Pasar Nogosari  Boyolali Gelar Aksi Tolak Pindah Pasar

“Ini dimaksudkan untuk meminimalisir kebocoran baju hazmat. Bahkan, sebelum didistribusikan, dilakukan pengecekan lagi,” ujarnya. Waskita