Adalah Yn, seorang gadis asal Desa Bulurejo Kecamatan Nguntoronadi, Wonogiri yang mengalami nasib itu. Beruntung saat ini dia sudah ditampung di sebuah rumah tersendiri dan mendapatkan bantuan makanan untuk menunjang isolasinya.
Kepada wartawan, Jumat (23/7/2021), dia mengatakan, pada Sabtu (10/7) lalu, merasa tak enak badan dan memutuskan untuk izin pulang terlebih dahulu saat bekerja. Dia lantas beristirahat di kosnya di Kecamatan Ngadirojo.
Selang dua hari kemudian memeriksakan diri ke sebuah klinik. Dia pun sempat menduga bahwa terpapar korona. Saat itu, dia diberi obat dan ditenangkan oleh petugas klinik. Sehari berselang, dia merasa lebih mudah kecapekan dan anosmia alias hilang penciuman.
Akhirnya pada Jumat (16/7), dia menjalani tes swab di Puskesmas Nguntoronadi I. Hasilnya keluar, Yn dinyatakan positif Corona. Gadis yang sudah yatim piatu ini pun diarahkan untuk menjalani isolasi mandiri di fasilitas isolasi yang disediakan oleh Desa Bulurejo.
Baru sehari menjalani isolasi mandiri di fasilitas desa penolakan dialaminya. Ada seorang warga yang memrotes mengapa Yn yang bukan warga asli Bulurejo menjalani isolasi di fasilitas desa Bulurejo. Diketahui Yn memang bukan kelahiran Bulurejo.
Yn lahir di Jakarta 23 tahun silam. Namun, sejak dia kecil dan kemudian kedua orangtua kandungnya meninggal dunia dia sudah di Nguntoronadi, sekolahnya pun sudah di Wonogiri. KK-nya ikut saudaranya. Sementara itu saat sekolah pun dia dibantu oleh Nur Cahyati, ibu dari teman masa SD Yn.
“Ya sempat merasa sedih, kecewa. Yang saya tau tempat yang di dekat balai desa ini disediakan untuk warga yang terkena COVID-19. Kok tidak boleh dengan alasan saya bukan penduduk situ. Tapi ya sudahlah tidak apa-apa,” kata Yn.
Yn mengaku tak keberatan dengan protes warga. Yn mencoba mengerti kondisi saat itu. Yang dia pikirkan, warga memang takut bisa tertular darinya.
Meski begitu, dia mendapatkan bantuan dari desa saat menjalani isoman di fasilitas itu. Warga lain juga ada yang mengiriminya makanan.
Yn akhirnya dibawa ke rumah saudaranya oleh petugas puskesmas dan relawan ber-APD lengkap. Namun karena merasa tak enak karena ada anggota keluarganya yang lain dia akhirnya berpindah tempat isoman untuk kesekian kali.
Hingga saat ini, dia ditampung isoman di rumah milik Dwi Setyowati, seorang bidan yang berdinas di UPTD Puskesmas Nguntoronadi I. Sejumlah bantuan seperti makanan siap santap pun mengalir. Karena itu, kegiatannya saat menjalani isoman adalah memulihkan kondisi tubuhnya. Berjemur saat pagi hari dan juga menyapu dan mengepel rumah yang digunakannya untuk menjalani isoman, untuk mengusir rasa bosan.
Yn menuturkan Corona itu memang nyata. Sebagai buktinya, saat ini dia pun terpapar.
“COVID-19 itu ada. Saya pikir jika ada yang terpapar jangan dianggap aib ya,” jelas dia.
Sementara itu, Dwi Setyowati mengaku bahwa dia dan Nurhadi suaminya merasa trenyuh dengan apa yang dialami oleh Yn. Sudah yatim piatu juga masih menerima penolakan saat isoman. Atas nama kemanusiaan, dia pun menyiapkan rumahnya untuk ditempati Yn. Rumah itu adalah rumah baru yang terletak sekitar 100 meter dari rumah yang ditempatinya.
“Sebelum menjalani isoman di fasilitas desa saya juga sudah koordinasi dengan Pak Polo (Kades), sudah oke,” ujar Dwi. Aris
Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.













