JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM — Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah meminta kepada sejumlah memteri untuk serius dalam budi daya porang. Jokowi menginginkan porang diekspor dalam tidak dalam bentuk mentah atau umbi, melainkan dalam bentuk olahan apa saja.
Dengan demikian porang akan menjadi komoditas super prioritas untuk pasar ekspor.
Sebelum booming tanaman umbi-umbian ini kerap diabaikan masyarakat karena efek sampingnya, yaitu dapat menyebabkan gatal.
Pemilik nama latin Amorphophallus muelleri ini dapat diolah menjadi beras porang shirataki yang harganya mahal.
Selain dapat diolah menjadi beras, porang pada umumnya diolah menjadi bahan campuran pada produk kue, roti, es krim, permen, jeli, selai, dan bahan pengental pada produk sirup. Porang juga kerap diolah sebagai produk kosmetik.
Dikutip dari laman resmi Kementerian Pertanian, beberapa tahun terakhir porang memang menjadi primadona komoditas ekspor, termasuk di Jepang.
Di negara Sakura tersebut, porang dijadikan sebagai bahan baku beras shirataki yang sering digunakan sebagai beras diet.
Hal ini dikarenakan porang memiliki kandungan glukomannan yang mempercepat rasa kenyang dan memperlambat pengosongan perut sehingga cocok untuk orang yang sedang diet.
Dorong Madiun Jadi Sentra Industri Olahan Porang
Saat ini, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo terus mendorong pengembangan porang di Madiun, Jawa Timur.
Syahrul juga berharap Madiun tak hanya sekedar menjadi sentra budidaya, tapi juga turut berkembang sebagai sentra industri olahan porang.
Sehingga nanti porang diekspor dari Madiun nantinya sudah dalam berbentuk olahan, termasuk beras porang shirataki.
“Kita semua tadi melihat ada proses industri sebelum porang diekspor, salah satunya bagaimana porang menjadi beras. Jadi nantinya masyarakat global tidak lagi hanya mengenal beras porang shirataki dari Jepang, tapi juga ada beras porang dari Madiun,” sebut Syahrul, dikutip Tempo pada 18 Agustus 2021.
Madiun sendiri memang dikenali sebagai salah satu sentra pengembangan porang. Pengembangan porang difokuskan di 10 kecamatan, yaitu Saradan, Kare, Dolopo, Dagangan, Mejayan, Gemarang, Wungu, Wonoasri, Pilangkenceng, dan Madiun. Tercatat pada tahun 2020, luas lahan budidaya porang di Madiun mencapai 5.363 hektare.
Untuk Kementerian Pertanian pun turut melaksanakan sejumlah program untuk bantu pengembangan budidaya prang dengan memberikan bantuan pupuk organik sebesar 22,8 ton, bantuan bulbil Rp. 400 juta, serta pendampingan dalam bentuk bimbingan teknis dan kemitraan.
“Sudah menjadi arahan Presiden kepada semua Menteri, termasuk Menteri Pertanian untuk semua terjun ke lapangan. Kami pun sudah berkomitmen untuk mendampingi para petani dan semua proses yang terkait pertanian,” tegas Syahrul.
Syahrul menyebutkan, saat ini Presiden Joko Widodo telah mengarahkan porang untuk dijadikan sebagai komoditas super prioritas. Potensi porang sebagai produk ekspor yang akan mendatangkan devisa besar bagi negara.
“Tapi Presiden meminta bahwa porang yang diekspor itu bukan lagi dalam bentuk umbi, tapi harus diproses terlebih dahulu,” jelas Syahrul.
Kementerian Pertanian terus kembangkan industri porang dalam skala luas, dengan peluang pasar yang cukup besar karena permintaan ekspor dan pasar negeri baru terpenuhi sebanyak 10 persen.
Selain sejumlah bantuan, Kementan pun turut memfasilitasi para petani untuk mengakses kredit usaha rakyat (KUR).
“Sebagai salah satu percepatan pengembangan porang yang disiapkan pemerintah, tentunya kita akan terus mendorong dan memfasilitasi KUR,” ucap Syahrul.