SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Pandemi Covid-19 yang berlangsung hampir setahun lebih, berdampak buruk terhadap sektor usaha jasa. Terutama para pelaku dan pekerja seni.
Larangan menggelar perhelatan dan hajatan selama pandemi, benar-benar ibarat mimpi buruk bagi mereka.
Para seniman dan pekerja di bidang seni yang selama ini mengandalkan penghasilan dari hajatan, harus menerima nasib setahun lebih puasa job.
Bahkan tak sedikit yang terpaksa banting setir menekuni profesi dadakan yang jauh dari keahlian. Semua itu demi satu tujuan yakni menyelamatkan hidup dan memenuhi kebutuhan.
Seperti yang dialami Ayu Sudarningsih. Wanita berusia 41 tahun yang selama ini dikenal sebagai penyanyi atau sinden campursari asal Dukuh Krakal, Dawung, Jenar itu mengisahkan selama pandemi berlangsung, ia tak pernah lagi manggung.
“Semua job batal karena larangan hajatan dan PPKM Mas. Ya terpaksa nggak pernah mentas, sudah setahun lebih di rumah,” paparnya ditemui saat mengambil bantuan sembako dari Dinsos Sragen, Jumat (6/8/2021).
Ayu menuturkan sebelum badai pandemi, ia nyaris tak pernah rehat dari job. Hampir tiap hari, orderan manggung silih berganti datang baik untuk menyanyi campursari maupun hajatan karawitan atau klenengan.
Untuk mendukung penampilannya di panggung, dandanan cantik dan jaga penampilan sudah barang tentu menjadi sebuah kemutlakan.
Namun semua itu berbalik 180 derajat di masa pandemi. Rutinitas berdandan dan mentas di hajatan, terpaksa ditinggalkan.
Demi menyambung hidup, ia bahkan terpaksa harus ikut mburuh di sawah. Buruh katun atau nyabut rumput hingga buruh memupuk pun dilakoninya.
“Iya bener Mas, sekarang mburuh di sawah. Ya mau nggak mau harus dilakoni Mas. Daripada nggak bisa makan. Biasanya kalau mentas dandan cantik, sekarang harus ke sawah dan kebun. Setahun lebih nggak kerja. Job semua batal terus,” urainya.
Kerjaan mburuh pun tak setiap hari bisa didapat. Karenanya, Ayu pun mengaku terkadang terpaksa harus ngutang di warung sembako karena tak punya uang untuk belanja.
“Makanya dapat sembako ini Alhamdulillah sekali. Karena kemarin-kemarin sempat ngutang ke warung Mas. Harapannya mudah-mudahan pandemi segera berakhir biar bisa kerja lagi seperti kemarin-kemarin,” ujar dia.
Senada, seniwati asal Paingan, Plumbon, Sambungmacan, Lovita Dwi Ersandy (20) menuturkan pandemi dan pembatasan kegiatan serta hajatan, memang membuat semua unsur pekerja seni dan seniman terpukul.
Menurut seniwati cantik itu, pekerja seni yang biasanya mendapat penghasilan dari hajatan kini seolah kehilangan sandaran hidup dan tempat untuk berkarya.
Bahkan demi menyambung kehidupan, tak sedikit yang melakukan segala ikhtiar. Mulai dari mencari pekerjaan lain hingga menjual barang-barang yang ada di rumah.
“Istilahnya sudah setahun lebih, pekerja seni dan seniman ini mati. Bahkan teman-teman terpaksa mencari kerjaan baru seadanya untuk bisa makan. Harapannya ada solusi dari pemerintah, supaya seniman ini bisa tetap dapat berkarya dan ada penghasilan. Semoga juga pandemi ini segera berakhir biar semua kembali normal,” tukasnya. Wardoyo