JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah Sragen

Saldo Mendadak Nol, Janda Miskin di Sragen Kota Ini Sudah 3 Bulan Pasrah Tak Dapat Bantuan Apapun dari Pemerintah. Kondisi Rumahnya Bikin Ngelus Dada

Lilik Dwi Laksono Gogon (kiri) saat menunjukkan kondisi rumah Mulyani (kanan), janda miskin asal Widoro, Sragen Wetan yang tidak layak karena bocor dan rapuh. Mulyani juga tidak mendapat bantuan sosial apapun dan BPNT-nya mendadak disetop tanpa penjelasan. Foto/Wardoyo
   

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Kisah miris menimpa Mulyani (55). Janda miskin asal Kampung Widoro RT 41/12, Sragen Wetan, Sragen itu terpaksa tinggal di rumah kecil dengan atap bocor.

Tak hanya itu, ia harus pasrah menerima nasib tidak menerima bantuan jaring pengaman sosial apapun di masa pandemi.

Hal itu kontras dengan warga miskin di wilayah lain yang bisa mendapat beragam bantuan sosial. Padahal kondisi ekonominya terbilang tidak mampu dan masuk daftar keluarga pra sejahtera.

Satu-satunya bantuan pemerintah yang selama ini diperoleh lewat program bantuan pangan non tunai (BPNT), mendadak disetop dengan alasan saldo di kartunya sudah nol.

“Sudah 3 bulan ini nggak dapat sembako BPNT lagi. Kata warungnya saldonya sudah nggak ada,” paparnya ditemui JOGLOSEMARNEWS.COM di rumahnya, Senin (9/8/2021).

Mulyani menyebut sudah hampir 2 tahun dirinya mendapat bantuan BPNT. Dengan kartu BPNT mirip ATM, setiap bulan dirinya biasanya mengambil sembako senilai Rp 200.000 ke warung yang ditunjuk sebagai E-Warung di wilayah Teguhan, Sragen.

Biasanya jatah bantuannya ada beras, kentang, bawang dan kacang ijo. Namun sudah sejak tiga bulan terakhir, ia sudah tidak lagi bisa mengambil sembako karena pihak warung menyebut saldonya sudah nol.

Stiker Keluarga Pra Sejahtera tertempel di rumah Mulyani. Foto/Wardoyo

Janda dua anak tiga cucu itu mengaku tidak tahu penyebab saldonya tidak lagi berisi. Ia juga tidak pernah menerima pemberitahuan dari pihak manapun.

Baca Juga :  Geger di Jembatan Gunung Kemukus Sragen, Warga Menemukan Pria Tanpa Identitas Dalam Kondisi Sakit, Polisi Dibantu Warga Lakukan Evakuasi

Sehingga ia pun memilih pasrah meski banyak warga sekitarnya dengan ekonomi lebih mampu masih terus mendapat BPNT.

“Saya wong bodo (bodoh) Mas, nggak tahu apa-apa. Katanya sudah nggak dapat sembako lagi, ya sudah saya pulang,” urainya.

Tak cukup sampai di situ, derita Mulyani juga bertambah dengan kondisi rumahnya yang bocor dan tidak layak. Di rumah kecilnya itu, ia tinggal bersama menantu dan dua cucunya.

Pekerjaannya mburuh dan jualan soto, tak cukup untuk bisa memperbaiki kerusakan rumahnya. Bantuan RTLH yang didapat beberapa tahun lalu, belum cukup membuat rumahnya berdiri di layak.

“Nggak pernah mikir mau mbenahi Mas, untuk makan saja golek-golek. Hari ini bisa makan besok nggak tahu. Saya rewangi banting tulang mburuh nyuci dan buruh apa aja untuk memperjuangkan kebutuhan keluarga dan sekolah cucu. Tapi ya nggak papa Mas yang penting masih kuat mburuh,” terangnya.

Mulyani menambahkan selama hampir dua tahun pandemi, dirinya juga belum pernah menerima bantuan apapun kecuali BPNT. Bantuan sembako atau bansos uang tunai juga gak pernah ia dapat. Padahal di rumahnya tertempel stiker keluarga prasejahtera.

Lilik Dwi Laksono Gogon (kiri) saat menunjukkan kondisi rumah Mulyani (kanan), janda miskin asal Widoro, Sragen Wetan yang tidak layak karena bocor dan rapuh. Mulyani juga tidak mendapat bantuan sosial apapun dan BPNT-nya mendadak disetop tanpa penjelasan. Foto/Wardoyo

Kisah miris Mulyani itu terkuak setelah salah satu pelatih bulutangkis asal Cantel Sragen, Lilik Dwi Laksono Gogon menyambangi rumahnya yang atapnya rapuh dan nyaris ambruk.

Baca Juga :  Tingkatkan Pembangunan Desa Toyogo Sragen, Blesscon Kucurkan Dana CSR

Gogon mengaku trenyuh ketika beberapa hari lalu kebetulan melintas dan melihat kondisi rumah Mulyani dan akhirnya tergugah untuk membantu memperbaiki.

“Kemarin pas saya lewat, saya lihat rumahnya kok sangat memprihatinkan. Sudah sempit, temboknya ikut rumah orang dan atapnya bocor. Rasanya nggak tega, akhirnya hati saya tergugah. Sepertinya pemerintah sudah nggak peduli, ya saya bantu seadanya. Ini saya rehab pakai uang sendiri, sebisanya yang penting tidak bocor dan lebih layak,” tuturnya.

Terpisah, Sekda Sragen Tatag Prabawanto mengatakan ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan bantuan untuk keluarga miskin atau KKS tidak dapat dicairkan.

Di antaranya data tidak padu dan padan antara e-KTP dgn Nama Rekening misalnya NIK atau Nama.

Kemudian kesejahteraannya meningkat menurut aplikasi, penerima bantuan sudah meninggal, atau penerima bantuan memperbaiki data Adminduk (penerbitan KK baru), tanpa memperbaiki data di sistem SIKS-NG Kemensos.

Soal kasus saldo mendadak kosong yang menimpa Mulyani, pihaknya mengaku belum bisa memastikan penyebabnya. Hanya saya ia menyebut jika ada pencoretan data, hal itu dilakukan oleh pemerintah pusat bukan dari daerah.

“Nanti akan kita cek, kalau memang datanya dicoret, nanti akan kita ajukan lagi ke pusat agar dimasukkan lagi,” tandasnya. Wardoyo

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com